Judul Buku: Dari Papua Meneropong Indonesia
Penulis: Ans Gregory da Ivy
Penerbit: Grasindo
Tahun terbit: 2009
Tebal: xxii + 189 halaman
Dari beberapa referensi yang pernah saya baca, yang saya
tangkap tentang Papua adalah sebuah provinsi dengan akses kesehatan dan
pendidikan yang sulit di beberapa kabupaten, PNSnya gemar menghilang pada jam
kerja, dan tingkat penyebaran HIV/AIDS yang tinggi. Dengan membaca buku ini,
gambaran saya menjadi lebih lengkap plus tambahan beberapa hal dari pokok
bahasan yang lain.
Cerita di dalam buku ini mengangkat beberapa masalah ‘lawas’
di Papua, seperti bagaimana pada tahun 2000 sampai bisa muncul angka rata-rata 700
orang meninggal dunia setiap tahun akibat kecelakaan lalu lintas karena
pengaruh minuman keras (baca Saya Tidak Suka Miras) . Ada juga kisah betapa PNS
merupakan profesi yang diidam-idamkan di Papua khususnya kabupaten Mimika,
sampai-sampai ada demonstrasi protes kepada pemerintah yang dilakukan oleh
orang-orang yang gagal lolos tes CPNS (baca Aku Ingin Jadi Pegawai Negeri).
Tulisan dalam buku ini membahas beberapa hal, antara lain politik,
adat istiadat, persamaan gender, dan sosial. Simak bagaimana Mama Yosepha
Alomang, tokoh perempuan suku Amungme di Timika, khawatir bahwa nilai
adat-istiadat Papua khususnya suku Amungme suatu saat bisa luntur dan hilang
(Adat, Mengapa Harus Dilestarikan?). Juga dalam tulisan Hentikan Kekerasan
Terhadap Perempuan, Sekarang Juga! yang membahas usaha Forum Kajian Perempuan
Amungsa (FKPA) dalam mengupayakan advokasi untuk mencegah dan mengurangi tindak
kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak. Hal ini karena menurut data FKPA,
selama periode November 2000 sampai dengan Juli 2001, tercatat 31 kasus
pelanggaran hak asasi wanita di Timika.
Selain membahas tentang Papua, penulis buku ini juga
mengangkat beberapa ulasan atas peristiwa yang terjadi di Indonesia. Contohnya dalam
Apakah Kita Masih Punya Hati Nurani? yang menceritakan pengunduran diri Sophan
Sophiaan dari keanggotaan dan kedudukan di DPR/MPR karena apa yang dialami
Sophan dalam perpolitikan di DPR/MPR sudah tidak sesuai dengan suara hatinya.
Sebagai seorang praktisi public relation dengan latar
belakang jurnalis di beberapa harian nasional dan pengalaman bekerja sebagai komunikator
di PT. Freeport Indonesia , penulis memotret permasalahan dan menceritakannya
dengan bahasa yang mudah dipahami. Meskipun dalam beberapa tulisan ditemui juga
pembahasan yang terlalu melebar dan kurang fokus pada permasalahan yang
diangkat.
Harapan penulis pada Papua diutarakan dengan menuliskan
pendapat Mama Yosepha Alomang, “ … yang saya inginkan dari masyarakat kami di
sini adalah seperti masyarakat di Flores sana. Saya lihat mereka hidup tenang,
orang tua pergi bekerja di ladang atau sawah, anak-anak pergi sekolah dan
pulang ke rumah, kemudian bermain-main dengan teman-temannya. Mereka tidak
takut dan tertekan seperti kami di sini. Di sana tidak ada tentara yang
kelihatan di jalan-jalan, lengkap dengan senjata seperti di sini. Keadaan
seperti itulah yang kami masyarakat inginkan.”
Terlepas dari tulisan-tulisan dalam buku ini yang dimuat di
berbagai surat kabar antara tahun 2000 sampai 2006—yang mungkin keadaan di
Papua sekarang sudah jauh berbeda, namun menurut saya buku ini dapat membantu
pembaca untuk mengetahui bagaimana kondisi Papua dan pandangan orang Papua
terhadap Indonesia saat itu.
---
010213
Udah pernah baca buku sejenis tentang Papua juga nggak? Aku tertarik mempelajari soalnya. Coba beli yang ini dulu deh.
ReplyDeletePernah baca ini sih: Ekspedisi Tanah Papua-nya Penerbit Buku Kompas, dari seri Laporan Jurnalistik Kompas. Di situ ada lebih banyak sisi yang diangkat. Kalau pengen tau lebih banyak tentang Papua-nya sih saranku baca itu aja. Kalau buku di atas, isinya opini.
ReplyDeleteOh iya, udah pernah baca sebagian artikelnya kalo itu. Justru sebenernya lagi pengen ngerti opini orang asli papua soal keindonesiaan mereka :D
ReplyDeleteSip. Mungkin agak susah nemu bukunya. Selamat berburu :D
ReplyDelete