Monday, May 29, 2017

Jasa Unik yang Ditawarkan Seorang Kakek di Osaka, Jepang



Setiap hari, sebanyak 860.000 orang naik dan turun kereta di Stasiun JR Osaka. Pak Toshio Arima, 66 tahun, selalu berhenti di depan pintu Chuo-Minami, setelah berjalan tertatih-tatih dari rumahnya di Distrik Kita, Osaka. Di sana, ia akan mengalungkan karton bertuliskan 'Bagi Anda yang sedang dirundung masalah, mari berbincang dan lepaskan sedikit beban.'

Orang-orang hanya melihat sekilas atau menunjuk-nunjuk, kebanyakan malah hanya lewat begitu saja. "Saya sering dibilang, 'kakek itu sedang apa sih?', tetapi bagi saya tidak apa-apa. Justru saya senang karena hal itu bisa membuat orang lain tersenyum."

Berdiri dan berbincang. Ia mulai melakukan hal itu bulan Mei tahun lalu. Sebelumnya, saat ia menjadi relawan untuk membantu anak-anak yang kurang mampu secara finansial, pelopor kegiatan tersebut berkata, 'Bagaimana kalau Bapak juga melakukan sesuatu yang bermanfaat?' Kalimat tersebut tertancap di hatinya, dan itulah pemicu kegiatannya.

Setelah berpikir, yang terbersit di kepalanya adalah 'menjadi kawan bicara'. Barangkali poin tersebut muncul karena sejak dulu ia tertarik dengan para manula yang seakan tak lagi mendapat tempat di masyarakat.

Bagaimana caranya?

Pak Toshio memutuskan untuk berdiri sambil menggantungkan karton di lehernya. Di atas kartonnya, ia menulis 'Bapak-bapak, Ibu-ibu, silakan bercerita pada saya tentang masa muda Anda.'

Dua bulan pertama, tak ada seorang pun yang mendekatinya. Yang ada justru orang-orang yang meletakkan uang di hadapannya. Merasa hal itu tidak sesuai dengan harapannya, ia kemudian memotong rambut dan mengubah penampilannya. Selain itu, ia juga terpikir untuk melakukan sesuatu. Di kartonnya, ia menambahkan tulisan 'gratis'. "Kalau saya dekil, siapa yang mau menghampiri?"

Maka ia terkejut ketika seorang wanita sepuh berusia 95 tahun mulai berbincang dengannya. Wanita itu bercerita tentang serangan udara di Osaka.

"Saya mendengarkannya sambil tersenyum, lalu ia bercerita dengan mata berbinar-binar."

Setelah ada satu orang yang berbincang dengannya, angka itu terus bertambah. Seorang pria 81 tahun yang ingin bertemu cucu semata wayangnya. Seorang pria 77 tahun yang merupakan maniak kereta jalur Hanshin. Seorang bocah penggemar sepak bola. Sampai kemudian ada yang menjadi 'pengunjung tetap', yang justru membuatnya tak kuasa menghentikan aktivitasnya.

Pak Toshio tak sekalipun bertanya nama dan alamat kawan bicaranya. Begitu perbincangan dimulai, tak jarang hal itu akan berlangsung selama beberapa jam. Bahkan ada orang yang tak kunjung beranjak meskipun hari telah berganti malam. Berdiri berlama-lama tak ayal membuat kakinya sakit. Akhirnya ia memutuskan tidak melakukan kegiatannya setiap hari. "Sekarang cuma dari hari Kamis sampai hari Minggu saja."

Musim panas tahun lalu, orang-orang berusia muda mulai banyak yang menjadi kawan bincangnya. Topiknya menjadi sangat beragam, misalnya tentang pekerjaan, percintaan, sampai liburan. Pak Toshio pun mulai mempelajari topik-topik literatur, seni, dan religi; semata agar ia bisa memberikan respons yang baik. Bahkan ia pun dengan bangga menyatakan bahwa dirinya adalah pembelajar.

"Anak-anak muda zaman sekarang terbagi ke dalam dua golongan, yaitu mereka yang serius dan bersungguh-sungguh, serta mereka yang sama sekali tidak demikian," bebernya.

Tentang dirinya sendiri, "saya adalah orang yang mampu hidup sendirian dengan mudah", ungkapnya. Pak Toshio lahir di Perfektur Wakayama. Setelah drop out dari perguruan tinggi, ia menjadi karyawan yang gila kerja. Suatu saat, ia ambruk saat tengah bekerja. Tak lama, ia langsung dihadapkan pada perceraiannya dengan istrinya. Saat itu usianya 37 tahun. Selama beberapa bulan, ia menjadi tuna wisma di Tokyo. Setelah itu, sampai akhir tahun pada dua tahun lalu, ia menumpang tinggal di penginapan-bergaya-Jepang tempatnya bekerja. Saat ini, ia bertahan hidup dengan uang pensiunnya.

'"Menurutmu, apa definisi hidup?" Pak Toshio mulai berbicara. "Yang terpenting adalah kita siap memahami lawan bicara kita. Dengan begitu, kita bisa memberikan nasehat atau masukan. Manusia itu, dengan bercerita pada orang lain saja, maka masalahnya sudah 50% terselesaikan. Mungkin memang tidak benar-benar selesai, tapi setidaknya beban pikiran sudah sedikit berkurang.

Sampai sekarang, tak kurang dari 200 orang telah ia simak kisahnya. Saat ini, ia sangat menaruh perhatian terhadap tingginya angka depresi pada remaja berusia belasan tahun, dan bertanya-tanya apakah masyarakat sudah sedemikian ‘sakit’nya.

Saat anak-anak muda yang berbincang dengannya pulang, Pak Toshio selalu berseru lantang, “Semangat ya!”


Diterjemahkan dari artikel berjudul  話し相手します」 大阪駅前に立つおじさん、何者?di tautan ini