Thursday, January 6, 2011

Ketika Menulis Ini

Ketika menulis ini, perasaan saya adalah sedang malu. Tapi wajah saya tak memerah seperti tomat atau seperti wajah orang bule yang kepanasan kena terik matahari. Tak ada rona kemerahan di wajah saya, karena meskipun tengah malu, warna kulit wajah saya tetap seperti biasanya. Ya, tidak ada yang berubah.

Ketika menulis ini, perasaan saya adalah sedang sedih. Tapi saya tak menangis. Tidak ada air mata yang keluar menetes perlahan ataupun menderas dari kedua mata saya, juga tak ada ingus yang meler dari lubang hidung saya. Meskipun saya sedih, tapi saya tidak melepas kacamata lantaran basah terkena air mata—ketika menangis, bulu mata saya ikut basah dan itulah yang membuat kacamata saya juga ikut basah—(kalaupun saya melepas kacamata saat ini, itu karena mata saya lelah terlalu lama memandang layar komputer). Ya, tetap tidak ada yang berubah.

Ketika menulis ini, perasaan saya adalah sedang senang. Tapi saya tidak tertawa terbahak-bahak. Tidak tampak gigi geraham saya, karena saya memang tidak membuka mulut. Juga tak ada suara yang saya keluarkan karena tak ada tawa saat ini. Saya hanya tersenyum, tanpa membuka mulut dan tanpa suara. Senyum saya juga masih seperti biasanya. Ya, tetap saja tidak ada yang berubah.

Ketika menulis ini, perasaan saya adalah malu karena belum mampu berbuat ‘demikian’, sedih karena juga belum mampu berbuat ‘demikian’, dan senang karena ada seseorang yang mampu berbuat ‘demikian’.

Demikianlah perasaan saya ketika menulis ini.




Ruang Hidup, 6 Januari 2010

Salam,
Wahyu Widyaningrum

Tahun Baru, Semangat Baru

Tahun baru. Biasanya sih tahun baru terjadi ketika terjadi pergantian tahun (ya iyalah). Buat saya, tahun baru ditandai dengan stasiun televisi yang ramai-ramai menggelar konser akbar akhir tahun, kemudian tepat pukul 12 malam (itupun antara satu stasiun dan yang lain nggak sama jamnya) para pembawa acara akan berteriak “Selamat tahun baru….” diikuti suara-suara terompet dari pengunjung dan kembang api berbagai warna. Kalau di luar negeri sih masih lebih baik, karena kembang apinya keren. Formasinya ditata sedemikian rupa, dengan ukuran yang bermacam-macam, warnanya juga indah. Kalau di sini, kembang apinya ya begitu-begitu saja. Biasanya cuma “swiiinngg… daaarrr..” Begitu terus sampai beberapa menit.

Saya belum pernah lihat yang “swiiinggg… darrr darrr darrr darrr”. Hahaha

Sebenarnya saya nggak ingin cerita kembang api di sini. Tapi karena tahun baru identik dengan kembang api dan saya jadi ingat nasib perkembang-apian di Indonesia, jadilah saya menulis hal-hal seperti di atas itu.

Ada beberapa hal keren yang biasanya selalu terjadi menjelang dan ketika tahun baru. Maksud saya, di stasiun teve heboh sekali. Saya rasa semuanya menayangkan, dengan versi masing-masing. Kalau saya sih, dari hal-hal yang keren itu, paling menyukai dua hal keren: kaleidoskop dan resolusi.

Tapi yang mau saya bahas di sini adalah resolusi. Kalau merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, resolusi artinya begini  putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tentang suatu hal. (Saya belum paham mengapa arti kata resolusi di KBBI berbeda jauh dengan yang ada di otak saya. Saya pikir resolusi bermakna ‘tujuan’.)

Saya masih ingat, ketika tanggal 1 Januari 2011, di jejaring sosial twitter ramai tagar #wish2011. Dengan menuliskan tagar itu, orang-orang juga menuliskan apa saja harapan-harapan mereka di tahun 2011 ini. Kalaupun tidak mencantumkan tagar, beberapa orang menulis “Resolusi 2011: ….”. Buat saya sih inti dari keduanya sama, yaitu mengungkapkan apa yang menjadi harapan dan target untuk dapat dipenuhi di tahun ini.

Saya pun begitu. Tapi karena saya agak malas kalau mempublikasikan beberapa hal, semua resolusi saya simpan sendiri (saya tahu ini nggak asik sama sekali, tapi ya beginilah saya :D).

Ketika tahun baru kemarin saya jadi ingat bahwa saya pernah menuliskan beberapa resolusi. Dimana? Tentu bukan di twitter . Saya punya catatan pribadi. Disitu saya tuliskan banyak hal, tidak semua. Biasanya hal-hal yang berkesan atau penting saja, yang sekiranya pantas diingat. Hahaha.

Nah, jadi saya ngubek-ubek catatan pribadi itu, mencari yang tertanggal 31 Desember 2009 atau 1 Januari 2010. Saya berhasil menemukan catatan tertanggal keduanya, tapi tidak menemukan satu pun resolusi tertulis di sana.

Dan saya ingat…

Saya menulis resolusi ketika usia saya bertambah. Maksudnya ya pas tanggal lahir saya. Jadi saya menghitung apa saja pencapaian saya ketika usia saya sekian, sekian, dan sekian. Begitu.

Buat saya sih tidak ada bedanya. Yang penting tetap ada resolusi, saya tetap punya mimpi, dan saya tetap selalu berusaha mewujudkan mimpi-mimpi saya.

Ngomong-ngomong, apa saja resolusimu untuk tahun 2011 ini? Tetap semangat mewujudkannya ya 



Salam,
Wahyu Widyaningrum