Langit hampir gelap saat kami berkumpul di semacam dermaga
kecil di samping jembatan Azumabashi, salah satu jembatan yang membentang di
atas Sungai Sumidagawa, Tokyo. Waktu menunjukkan pukul 17.20 saat akhirnya kami
dipersilakan menaiki kapal.
Kapal kecil ini akan bergerak menyusuri Sungai Sumidagawa di
Tokyo dengan judul perjalanan: mengelilingi 16 jembatan di Sungai Sumidagawa.
Memang ada 16 jembatan yang akan dilalui, yaitu jembatan Komagatabashi,
Umayabashi, Kuramaebashi, Ryogokubashi, Shin o hashi, Kiyosubashi, Sumidagawa o
hashi, Eitabashi, Chuo o hashi, Tsukuda o hashi, Kachidokibashi, Rainbow
Bridge, Toyosu o hashi, Reimeibashi, Harubashi, dan Aioibashi. Dengan rute ini,
terdapat beberapa titik tempat wisata yang akan terlihat saat dilewati, yakni
Tokyo Tower yang merah menyala, Rainbow Bridge di kawasan Odaiba, dan Tokyo
Skytree yang menjulang.
Sebelum memasuki kapal, di muka pintu pengunjung akan diberi
selembar kantong plastik untuk wadah alas kaki. Pengunjung kemudian
dipersilakan duduk di atas bantal duduk yang mengitari meja. Di atas meja
sendiri telah terhidang bermacam masakan yang ragam dan tampilannya sungguh
menggoda.
Suasana di dalam kapal
Tersedia dua kotak berisi bermacam sushi—baik sushi kepal maupun
gulung, satu wadah besar sashimi, satu kotak berisi beragam hidangan laut,
semangkuk besar sayuran rebus, dan sepiring edamame di atas tiap meja. Setelah
seluruh tamu duduk, pelayan menawarkan minuman: bir, kola, teh, teh oolong,
sake, dan jus jeruk. Kami memilih jus jeruk, yang tak lama kemudian dibawakan
ke meja kami. Selang beberapa waktu kemudian, pelayan keluar dapur sambil
membawa piring-piring dan sebuah wadah. Satu piring diletakkan di tiap meja;
sedangkan wadah tadi, rupanya berisi bermacam tempura/gorengan yang baru
diangkat. Asap masih mengepul saat tempura yang pertama muncul dihidangkan di
atas piring: sebentuk cabai yang rasanya tidak pedas tetapi juga tidak manis,
serta udang. Berturut-turut selanjutnya, tempura yang disajikan hangat-hangat
adalah kerang, terung, ikan—entah ikan apa, dan ubi manis. Minuman dan tempura
ini dapat dimakan dan dihabiskan sesuka hati karena akan terus diisi ulang,
tetapi tidak demikian dengan makanan utama yang telah tersaji di atas meja saat
datang tadi.
Sushi!
Sashimi dalam wadah berbentuk kapal
Beragam hidangan laut
Tempura udang
Apabila sedikit jenuh dengan makanan, pengunjung dapat
membakar kalori dan mengalihkan perhatian terlebih dahulu dengan bernyanyi.
Peralatan karaoke juga tersedia, lengkap dengan dua unit televisi layar datar
yang dipasang di depan dan belakang. Buku tebal berisi daftar lagu pun ada,
supaya pengunjung dapat memilih lagu terlebih dahulu. Agar suasana karaoke
lebih meriah, tersedia pula berbagai perlengkapan kecil seperti topi karakter,
kacamata dan topeng unik, serta alat musik ritmis semacam marakas dan tamborin.
Untuk dapat menikmati fasilitas karaoke ini, pengunjung tidak dikenakan biaya
tambahan alias gratis.
Topi karakter Arale
Dua puluh menit jelang waktu berlayar berakhir, pelayan
menyajikan satu cup es krim sebagai makanan penutup. Kali ini es krim Haagen
Dazs rasa vanila yang dihidangkan.
Perjalanan menyusuri Sungai Sumidagawa ini berakhir setelah
sekitar dua jam. Kapal akan menepi di tempat pemberangkatan semula. Saat keluar
kapal, kantong plastik yang tadi digunakan sebagai wadah alas kaki dikembalikan
kepada pelayan.
Entah ada berapa penyedia jasa tur semacam ini. Penyedia yang kami gunakan kemarin adalah Amisei, yang juga menawarkan
beberapa pilihan paket. Untuk perjalanan dua jam plus makanan seperti kali ini,
biayanya adalah 10.800 yen per orang dewasa.
Lampion Amisei
Memandang gemerlap Tokyo yang semarak di malam hari dari
atas kapal sembari menyantap hidangan ala Jepang sungguh bukanlah ide yang
buruk.
Pemandangan Rainbow Bridge dari atas kapal
Ditulis 29 Januari 2017
Foto: dokumen pribadi
Eh ampun, tempuranya bisa nambah? Sementara itu di sini tak jarang kita menjadikan tempura sebagai lauk utama. Tapi melihat harganya, oke... kalau saya kebetulan mencobanya, mungkin itu akan jadi makan malam paling mahal yang pernah saya santap, haha. Cuma sepadanlah ya... pelayanannya dapet, pemandangannya oke, makanannya pun sedap. Mari menabung supaya suatu hari nanti bisa ke Jepang, amin.
ReplyDeleteIya, Gara, tempura dan minumnya free flow :D
DeleteAku pun kalau bukan dibayari kayak gini ya mungkin baru bisa nyoba entah kapan :D
Amiiin