Saturday, February 4, 2017

Serunya Berlayar Sembari Santap Malam di Sungai Sumidagawa, Tokyo


Langit hampir gelap saat kami berkumpul di semacam dermaga kecil di samping jembatan Azumabashi, salah satu jembatan yang membentang di atas Sungai Sumidagawa, Tokyo. Waktu menunjukkan pukul 17.20 saat akhirnya kami dipersilakan menaiki kapal.

Kapal kecil ini akan bergerak menyusuri Sungai Sumidagawa di Tokyo dengan judul perjalanan: mengelilingi 16 jembatan di Sungai Sumidagawa. Memang ada 16 jembatan yang akan dilalui, yaitu jembatan Komagatabashi, Umayabashi, Kuramaebashi, Ryogokubashi, Shin o hashi, Kiyosubashi, Sumidagawa o hashi, Eitabashi, Chuo o hashi, Tsukuda o hashi, Kachidokibashi, Rainbow Bridge, Toyosu o hashi, Reimeibashi, Harubashi, dan Aioibashi. Dengan rute ini, terdapat beberapa titik tempat wisata yang akan terlihat saat dilewati, yakni Tokyo Tower yang merah menyala, Rainbow Bridge di kawasan Odaiba, dan Tokyo Skytree yang menjulang.

Sebelum memasuki kapal, di muka pintu pengunjung akan diberi selembar kantong plastik untuk wadah alas kaki. Pengunjung kemudian dipersilakan duduk di atas bantal duduk yang mengitari meja. Di atas meja sendiri telah terhidang bermacam masakan yang ragam dan tampilannya sungguh menggoda.

Suasana di dalam kapal

Tersedia dua kotak berisi bermacam sushi—baik sushi kepal maupun gulung, satu wadah besar sashimi, satu kotak berisi beragam hidangan laut, semangkuk besar sayuran rebus, dan sepiring edamame di atas tiap meja. Setelah seluruh tamu duduk, pelayan menawarkan minuman: bir, kola, teh, teh oolong, sake, dan jus jeruk. Kami memilih jus jeruk, yang tak lama kemudian dibawakan ke meja kami. Selang beberapa waktu kemudian, pelayan keluar dapur sambil membawa piring-piring dan sebuah wadah. Satu piring diletakkan di tiap meja; sedangkan wadah tadi, rupanya berisi bermacam tempura/gorengan yang baru diangkat. Asap masih mengepul saat tempura yang pertama muncul dihidangkan di atas piring: sebentuk cabai yang rasanya tidak pedas tetapi juga tidak manis, serta udang. Berturut-turut selanjutnya, tempura yang disajikan hangat-hangat adalah kerang, terung, ikan—entah ikan apa, dan ubi manis. Minuman dan tempura ini dapat dimakan dan dihabiskan sesuka hati karena akan terus diisi ulang, tetapi tidak demikian dengan makanan utama yang telah tersaji di atas meja saat datang tadi.

Sushi!

Sashimi dalam wadah berbentuk kapal

Beragam hidangan laut

Tempura udang

Apabila sedikit jenuh dengan makanan, pengunjung dapat membakar kalori dan mengalihkan perhatian terlebih dahulu dengan bernyanyi. Peralatan karaoke juga tersedia, lengkap dengan dua unit televisi layar datar yang dipasang di depan dan belakang. Buku tebal berisi daftar lagu pun ada, supaya pengunjung dapat memilih lagu terlebih dahulu. Agar suasana karaoke lebih meriah, tersedia pula berbagai perlengkapan kecil seperti topi karakter, kacamata dan topeng unik, serta alat musik ritmis semacam marakas dan tamborin. Untuk dapat menikmati fasilitas karaoke ini, pengunjung tidak dikenakan biaya tambahan alias gratis.

Topi karakter Arale

Dua puluh menit jelang waktu berlayar berakhir, pelayan menyajikan satu cup es krim sebagai makanan penutup. Kali ini es krim Haagen Dazs rasa vanila yang dihidangkan.


Perjalanan menyusuri Sungai Sumidagawa ini berakhir setelah sekitar dua jam. Kapal akan menepi di tempat pemberangkatan semula. Saat keluar kapal, kantong plastik yang tadi digunakan sebagai wadah alas kaki dikembalikan kepada pelayan.

Entah ada berapa penyedia jasa tur semacam ini. Penyedia yang kami gunakan kemarin adalah Amisei, yang juga menawarkan beberapa pilihan paket. Untuk perjalanan dua jam plus makanan seperti kali ini, biayanya adalah 10.800 yen per orang dewasa.

Lampion Amisei

Memandang gemerlap Tokyo yang semarak di malam hari dari atas kapal sembari menyantap hidangan ala Jepang sungguh bukanlah ide yang buruk.

Pemandangan Rainbow Bridge dari atas kapal



Ditulis 29 Januari 2017
Foto: dokumen pribadi

2 comments:

  1. Eh ampun, tempuranya bisa nambah? Sementara itu di sini tak jarang kita menjadikan tempura sebagai lauk utama. Tapi melihat harganya, oke... kalau saya kebetulan mencobanya, mungkin itu akan jadi makan malam paling mahal yang pernah saya santap, haha. Cuma sepadanlah ya... pelayanannya dapet, pemandangannya oke, makanannya pun sedap. Mari menabung supaya suatu hari nanti bisa ke Jepang, amin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Gara, tempura dan minumnya free flow :D
      Aku pun kalau bukan dibayari kayak gini ya mungkin baru bisa nyoba entah kapan :D
      Amiiin

      Delete