Terbentuk sekitar 1140 tahun lalu, Gua Es Narusawa merupakan
situs yang ditetapkan sebagai cagar nasional oleh Kementerian Pendidikan,
Budaya, dan Sains Jepang pada tahun 1929. Letaknya tak begitu jauh dari Danau
Kawaguchi di Perfektur Yamanashi, dapat ditempuh dengan mobil dalam waktu
sekitar 30 menit.
Turun di tempat parkir, kita akan disambut oleh sebuah
bangunan mirip rumah yang terbuat dari kayu. Terpampang tulisan Narusawa Ice Cave Entrance yang cukup
besar sehingga mudah dilihat dan dikenali. Dari depan pintu masuk ini, tak ada
tanda-tanda suatu mulut gua atau apapun jalan masuk ke gua.
Bangunan yang berfungsi sebagai loket dan kios buah tangan
Di loket, tanda masuk gua es ini dapat diperoleh dengan
harga 350 yen per kepala untuk orang dewasa atau 200 yen untuk anak-anak. Harga
ini bisa lebih murah jika berkunjung dalam kelompok dengan jumlah minimal 15
orang, yaitu 250 yen per kepala untuk orang dewasa, 200 yen untuk siswa SMP,
dan 100 yen untuk siswa SD. Sebagai tanda masuk, pengunjung juga akan
mendapatkan pamflet berisi rute Gua Es Narusawa dan Gua Angin Fugaku. Dua gua
yang letaknya hanya terpisah dua menit berkendara dengan mobil ini memang
dipromosikan sepaket, bahkan tersedia tiket terusan untuk dua gua yang harganya
lebih murah 100 yen daripada jika membelinya secara terpisah.
Peta Gua Es Narusawa dan Gua Angin Fugaku
Setelah mendapat tanda masuk, pengunjung akan dipinjami helm
pengaman yang wajib dikenakan. Pemandu akan mengecek apakah tiap orang sudah
mengenakan helm dan menguncinya dengan benar sebelum masuk gua. Dari pintu
masuk di sebelah kiri loket, pengunjung dibawa mengitari loket ke arah
belakang, kemudian tembus ke depan. Mulut gua ternyata terletak di sebelah
kanan bangunan.
Karena sedang musim dingin, tangga turun masuk ke mulut gua
dipenuhi tumpukan salju. Begitu masuk mulut gua, pencahayaan menjadi minim dan
gua hanya diterangi temaram lampu berwarna kuning yang dipasang di beberapa
sudut. Barangkali sebab salju yang mencair, jalan di sepanjang gua menjadi
basah dan cukup licin sehingga kaki perlu berhati-hati menapak.
Sekitar sepuluh meter dari mulut gua, pengunjung langsung
disambut oleh terowongan yang tinggi langit-langitnya hanya 91 cm. Untuk dapat
melewati jalan ini, tak ada cara selain berjalan jongkok. Terowongan beratap
rendah ini rupanya dibarengi dengan jalan menurun yang wujud anak tangganya
tidak begitu jelas sehingga harus ekstra hati-hati agar tidak terpeleset.
Lepas dari terowongan, jalur di dalam gua cukup datar. Di sini
pengunjung dapat melihat tumpukan balok es setinggi sekitar dua meter di
dinding gua. Tumpukan balok es ini rupanya sengaja dibuat kembali untuk
menunjukkan bagaimana gua ini dulunya difungsikan sebagai tempat penyimpanan es,
ketika mesin pembeku belum ditemukan.
Tumpukan balok es ini nampaknya merupakan jalur mendatar
terakhir, sebab setelah itu pengunjung harus meniti undak-undakan naik yang
cukup curam dan sempit untuk akhirnya keluar dari gua. Jalur gua ini hanya
memiliki satu pintu, sehingga pintu keluar gua juga merupakan mulut gua. Keduanya
hanya dipisahkan oleh batangan logam yang juga berfungsi sebagai pegangan; di
beberapa lokasi pegangannya berupa batang bambu, bukan logam.
Lubang kecil di belakang mbak-mbak bermantel ungu itu adalah
pintu keluar gua
Jalur gua es ini memang tidak begitu panjang, hanya sekitar 100
meter. Dalam waktu sepuluh menit pengunjung sudah dapat menyelesaikan acara
telusur Gua Es Narusawa ini. Durasi yang lebih panjang justru diperlukan saat
kembali ke dalam bangunan—setelah mengembalikan helm—dan disambut oleh ruangan
berisi buah tangan yang beragam untuk dibawa pulang. Berbagai pilihan buah
tangan tersedia dan dapat dipertimbangkan untuk dibeli, misalnya pajangan, kue,
gantungan kunci, gantungan ponsel, kartu pos, magnet, dan boneka. Sebagian berbentuk
atau bergambar Gua Es Narusawa, sebagian bergambar Gunung Fuji, sisanya
bergambar hal-hal berbau Jepang.
Saran saya pribadi, saat mengunjungi gua ini lebih baik
tidak membawa tas. Selain itu, mengenakan mantel panjang atau rok panjang juga
tidak saya sarankan. Hal-hal tersebut dapat cukup mengganggu, terutama saat
melewati terowongan. Tas yang isinya terlalu gembung dapat tersangkut atau
tergores langit-langit gua, sedangkan mantel panjang dan rok panjang kemungkinan
besar akan basah, kotor, serta berpotensi terinjak ketika harus berjalan
jongkok di terowongan.
Ditulis 28 Januari 2017
Foto: dokumen pribadi
Kayaknya memang demikian, Mbak. Agak gengges kalau petualangan masuk ke gua tapi masih pakai rok berkibar-kibar, hihi. Bahkan meski itu di Jepang yang pariwisatanya sudah matang dan semua aspek keselamatannya sudah jadi nomor satu, ya.
ReplyDeleteEh tapi saya penasaran deh dengan bagaimana masyarakat masa lalu di sana pakai gua sebagai kulkas. Mekanismenya bagaimana ya? Memang masyarakat masa lalu itu menjadikan alam sebagai sahabat ya. Kulkas pun di alam. Keren deh.
Bukan begitu. Saya membandingkannya dengan pengalaman jalan-jalan ke beberapa gua di Jawa Timur, yang langit-langitnya tinggi. Kalau misal Gua Narusawa ini nggak punya terowongan yang tingginya cuma 91 cm, saya rasa nggak ada masalah kok jalan-jalan ke gua pakai rok berkibar. Hehe
DeleteWah, kalau mekanismenya sendiri saya juga kurang tahu. Tapi karena gua ini menghadap ke utara dan tidak terkena matahari, juga letaknya dekat dengan Gunung Fuji, jadi suhunya cenderung stabil sepanjang tahun, yaitu sekitar 0 derajat.
Btw, teman saya juga pernah bikin semacam bunker di bawah tanah yang dipakai untuk menyimpan buah dan sayur karena difungsikan sebagai kulkas alami. Hehe