Saturday, January 28, 2017

Menelusuri Gua Es Narusawa di Kaki Gunung Fuji


Terbentuk sekitar 1140 tahun lalu, Gua Es Narusawa merupakan situs yang ditetapkan sebagai cagar nasional oleh Kementerian Pendidikan, Budaya, dan Sains Jepang pada tahun 1929. Letaknya tak begitu jauh dari Danau Kawaguchi di Perfektur Yamanashi, dapat ditempuh dengan mobil dalam waktu sekitar 30 menit.

Turun di tempat parkir, kita akan disambut oleh sebuah bangunan mirip rumah yang terbuat dari kayu. Terpampang tulisan Narusawa Ice Cave Entrance yang cukup besar sehingga mudah dilihat dan dikenali. Dari depan pintu masuk ini, tak ada tanda-tanda suatu mulut gua atau apapun jalan masuk ke gua.

Bangunan yang berfungsi sebagai loket dan kios buah tangan

Di loket, tanda masuk gua es ini dapat diperoleh dengan harga 350 yen per kepala untuk orang dewasa atau 200 yen untuk anak-anak. Harga ini bisa lebih murah jika berkunjung dalam kelompok dengan jumlah minimal 15 orang, yaitu 250 yen per kepala untuk orang dewasa, 200 yen untuk siswa SMP, dan 100 yen untuk siswa SD. Sebagai tanda masuk, pengunjung juga akan mendapatkan pamflet berisi rute Gua Es Narusawa dan Gua Angin Fugaku. Dua gua yang letaknya hanya terpisah dua menit berkendara dengan mobil ini memang dipromosikan sepaket, bahkan tersedia tiket terusan untuk dua gua yang harganya lebih murah 100 yen daripada jika membelinya secara terpisah.

Peta Gua Es Narusawa dan Gua Angin Fugaku

Setelah mendapat tanda masuk, pengunjung akan dipinjami helm pengaman yang wajib dikenakan. Pemandu akan mengecek apakah tiap orang sudah mengenakan helm dan menguncinya dengan benar sebelum masuk gua. Dari pintu masuk di sebelah kiri loket, pengunjung dibawa mengitari loket ke arah belakang, kemudian tembus ke depan. Mulut gua ternyata terletak di sebelah kanan bangunan.

Karena sedang musim dingin, tangga turun masuk ke mulut gua dipenuhi tumpukan salju. Begitu masuk mulut gua, pencahayaan menjadi minim dan gua hanya diterangi temaram lampu berwarna kuning yang dipasang di beberapa sudut. Barangkali sebab salju yang mencair, jalan di sepanjang gua menjadi basah dan cukup licin sehingga kaki perlu berhati-hati menapak.

Sekitar sepuluh meter dari mulut gua, pengunjung langsung disambut oleh terowongan yang tinggi langit-langitnya hanya 91 cm. Untuk dapat melewati jalan ini, tak ada cara selain berjalan jongkok. Terowongan beratap rendah ini rupanya dibarengi dengan jalan menurun yang wujud anak tangganya tidak begitu jelas sehingga harus ekstra hati-hati agar tidak terpeleset.

Lepas dari terowongan, jalur di dalam gua cukup datar. Di sini pengunjung dapat melihat tumpukan balok es setinggi sekitar dua meter di dinding gua. Tumpukan balok es ini rupanya sengaja dibuat kembali untuk menunjukkan bagaimana gua ini dulunya difungsikan sebagai tempat penyimpanan es, ketika mesin pembeku belum ditemukan.

Tumpukan balok es ini nampaknya merupakan jalur mendatar terakhir, sebab setelah itu pengunjung harus meniti undak-undakan naik yang cukup curam dan sempit untuk akhirnya keluar dari gua. Jalur gua ini hanya memiliki satu pintu, sehingga pintu keluar gua juga merupakan mulut gua. Keduanya hanya dipisahkan oleh batangan logam yang juga berfungsi sebagai pegangan; di beberapa lokasi pegangannya berupa batang bambu, bukan logam.

Lubang kecil di belakang mbak-mbak bermantel ungu itu adalah 
pintu keluar gua

Jalur gua es ini memang tidak begitu panjang, hanya sekitar 100 meter. Dalam waktu sepuluh menit pengunjung sudah dapat menyelesaikan acara telusur Gua Es Narusawa ini. Durasi yang lebih panjang justru diperlukan saat kembali ke dalam bangunan—setelah mengembalikan helm—dan disambut oleh ruangan berisi buah tangan yang beragam untuk dibawa pulang. Berbagai pilihan buah tangan tersedia dan dapat dipertimbangkan untuk dibeli, misalnya pajangan, kue, gantungan kunci, gantungan ponsel, kartu pos, magnet, dan boneka. Sebagian berbentuk atau bergambar Gua Es Narusawa, sebagian bergambar Gunung Fuji, sisanya bergambar hal-hal berbau Jepang.

Saran saya pribadi, saat mengunjungi gua ini lebih baik tidak membawa tas. Selain itu, mengenakan mantel panjang atau rok panjang juga tidak saya sarankan. Hal-hal tersebut dapat cukup mengganggu, terutama saat melewati terowongan. Tas yang isinya terlalu gembung dapat tersangkut atau tergores langit-langit gua, sedangkan mantel panjang dan rok panjang kemungkinan besar akan basah, kotor, serta berpotensi terinjak ketika harus berjalan jongkok di terowongan.



Ditulis 28 Januari 2017
Foto: dokumen pribadi

2 comments:

  1. Kayaknya memang demikian, Mbak. Agak gengges kalau petualangan masuk ke gua tapi masih pakai rok berkibar-kibar, hihi. Bahkan meski itu di Jepang yang pariwisatanya sudah matang dan semua aspek keselamatannya sudah jadi nomor satu, ya.
    Eh tapi saya penasaran deh dengan bagaimana masyarakat masa lalu di sana pakai gua sebagai kulkas. Mekanismenya bagaimana ya? Memang masyarakat masa lalu itu menjadikan alam sebagai sahabat ya. Kulkas pun di alam. Keren deh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan begitu. Saya membandingkannya dengan pengalaman jalan-jalan ke beberapa gua di Jawa Timur, yang langit-langitnya tinggi. Kalau misal Gua Narusawa ini nggak punya terowongan yang tingginya cuma 91 cm, saya rasa nggak ada masalah kok jalan-jalan ke gua pakai rok berkibar. Hehe
      Wah, kalau mekanismenya sendiri saya juga kurang tahu. Tapi karena gua ini menghadap ke utara dan tidak terkena matahari, juga letaknya dekat dengan Gunung Fuji, jadi suhunya cenderung stabil sepanjang tahun, yaitu sekitar 0 derajat.
      Btw, teman saya juga pernah bikin semacam bunker di bawah tanah yang dipakai untuk menyimpan buah dan sayur karena difungsikan sebagai kulkas alami. Hehe

      Delete