Wednesday, August 19, 2015

Jepang: Tentang Makanan



Berbicara tentang makanan Jepang, tentu sebuah hal yang mengasyikkan. Saya sendiri, ingin rasanya mencoba semua makanan yang dijajakan di kedai-kedai atau di toko oleh-oleh. Namun apa daya, saya tak boleh melakukannya. Kami akhirnya bertahan dengan makan buah segar, memasak sendiri, dan makan di restoran halal. Berikut adalah restoran halal yang sempat kami singgahi:

-    Rose Café, Kyoto
Ini adalah tempat yang tidak kami temukan secara sengaja. Awalnya kami hanya berniat membeli bahan-bahan makanan di toko halal di dekat masjid Kyoto, yang jaraknya hanya sepelemparan batu dari Kyoto Imperial Palace. Saat sedang berjalan, mata saya menangkap sederet tulisan yang tidak asing di depan sebuah kedai: Rose Café. Ini restoran halal! Tanpa pikir panjang, kami langsung masuk ke dalam. Setelah melihat-lihat buku menu, entah mengapa ternyata kami semua memesan menu yang sama: lunch set C yang berisi salad, sup, dan nasi kebab ayam. Saya pikir semua memilih menu tersebut karena ia adalah menu paling murah: 900 yen. Saya sendiri menambah pesanan segelas jus mangga seharga 400 yen. Ketika menu pertama, salad, dihidangkan, tak terbayangkan betapa bahagianya kami dapat makan di restoran (meskipun bukan makanan Jepang). Bahkan sampai semua makanan kami tandas, kami masih memperbincangkan betapa beruntungnya dapat bertemu sebuah kedai halal dalam perjalanan ini. Selepas makan, kami malah gagal berkunjung ke toko halal lantaran kami pergi ke sana sekitar pukul 13.00 pada hari Jumat—toko halal ditutup untuk dijadikan tempat sholat Jumat.

-   Ali’s Kitchen, Osaka
Ali’s Kitchen juga sebenarnya bukan merupakan tujuan kami. Yang ingin kami kunjungi adalah restoran Nazar, sebuah restoran Turki, di kawasan Shinsaibashi. Sayang, saat kami sudah mampu menemukan letaknya, restoran tersebut dalam keadaan tutup. Setelah mengecek kembali situs berisi daftar restoran halal, akhirnya Ali’s Kitchen menjadi tujuan kami karena ia juga terletak di kawasan yang sama. Terletak di lantai B1 gedung Toresu, Ali’s Kitchen cukup penuh pengunjung ketika kami masuk. Untunglah masih ada sebuah meja kosong di ujung ruangan yang muat untuk kami berlima. Di sini, kami memesan menu yang berbeda-beda, namun minuman kami sama: mango lassee (dan saya jatuh hati pada rasanya yang sangat segar). Saya sendiri memesan nasi dengan kari ayam seharga 1000 yen. Ketika kami menunggu makanan disajikan, Ali, pemilik restoran, mengajak kami mengobrol. Ia mengatakan bahwa pegawai KJRI di Osaka, yang jaraknya tidak jauh dari restorannya, sering mampir untuk makan. Ia juga memberi kami bocoran di mana kami bisa memperoleh suvenir murah di sekitar Dotonburi (yang sayangnya tidak ada satupun dari kami yang mengingat lokasinya) dan restoran halal yang menjual masakan Jepang. Kami meninggalkan Ali’s Kitchen dengan sangat berat hati, selain karena tidak tega harus berpisah dengan tempat berpendingin ruangan (musim panas di Jepang cukup melelahkan), juga karena makanan di piring kami masih tersisa banyak (porsinya terlalu besar untuk perut kami T.T).

-   Mr. Halal, Osaka

Tidak seperti dua kedai sebelumnya, Mr. Halal memang sengaja kami kunjungi. Ini merupakan kedai rekomendasi dari Ali, di mana Ali menyatakan bahwa Mr. Halal menyediakan juga masakan Jepang seperti ramen, wagyu beef, dan omurice. Kalau saya, demi omurice, maka saya dengan sangat ikhlas pergi ke tempat ini—entah apa motivasi teman-teman. Kedai sedang sepi saat kami sampai. Ketika buku menu disodorkan, hanya tertulis nama-nama masakan Arab. Sedikit kebingungan, kami bertanya kepada pelayan. Dan beginilah jawaban yang kam terima saat bertanya apakah kami bisa memesan masakan Jepang: maaf, saat ini kami tidak menyediakan masakan Jepang. Saya yang kecewa lantaran gagal makan omurice yang sangat saya dambakan, akhirnya memesan menu Shrimp Creamy (yang ternyata adalah tempura udang, berbeda sekali dengan gambar yang ada di buku menu) seharga 900 yen. Duhai pemilik kedai, janganlah kau cantumkan masakan Jepang kalau kau tak sanggup menghidangkannya karena hanya akan mengecewakan orang-orang seperti kami.

-    Sebuah Restoran Soba, Osaka
Seperti dua tempat pertama, kami juga tidak berencana singgah di restoran soba ini. Pada awalnya saya merencanakan makan di restoran The U-don di bandara internasional Kansai, yang sudah bersertifikat halal. Ketika sampai di lantai 2, kami melihat daftar kedai yang ada, dan menemukan bahwa ada satu lagi kedai yang berlogo halal di bawahnya. Sebab gambar menu yang lebih menarik, kami memutuskan untuk makan di restoran soba ini. Nama restorannya sendiri tertulis dalam kanji yang tidak bisa saya baca, jadi saya tidak mengetahui namanya. Yang bisa saya baca hanyalah kata ‘soba’ yang tertulis dalam huruf hiragana. Restoran yang penuh membuat kami harus menunggu sekitar 15 menit untuk memperoleh tempat duduk. Saya memesan Chicken Katsudon dan Mie Soba (tentu saja saya memilih yang berkuah hangat!) seharga 960 yen yang, lagi-lagi, tidak bisa saya habiskan seluruhnya (saya hanya menandaskan ayam katsu yang sungguh lezat). Pun demikian, lega rasanya, tak ada lagi rasa penasaran akan bagaimana rasa soba.

Untuk sebuah perjalanan singkat, empat di atas rasanya sudah cukup menghibur perut kami di antara konsumsi buah segar dan makanan masakan sendiri. Anehnya, terkadang, ketika sedang berjalan-jalan, mata saya samar-samar melihat gerobak cilok dan es teh di trotoar.


17 Agustus 2015
Dirgahayu Indonesia!


2 comments:

  1. Aaaak itu fatamorgana kali ya Kak dagang es kelapa dan ciloknya, soalnya saking kangen dengan kampung halaman kali ya Kak (padahal cuma pergi seminggu :aaaak).

    Kak Wahyu pergi ke Jepang tidak bilang-bilang, euy! Padahal kan saya mau ngikut, tapi itu enak-enak banget kayaknya soalnya membayangkannya pun membuat saya ngiler. Penasaran dengan udon, nasi kari dan omurice asli sana apakah sama dengan yang dijual di sini (tapi sebelumnya saya mesti mencoba yang di sini dulu untuk tahu bagaimana rasanya :haha).

    Postingan selanjutnya ditunggu, dengan foto yang banyak! :hoho *digampar*.

    ReplyDelete
  2. Aaak Gara mampir kesini...

    Hahaha saking bosennya ketemu vending machine jadi kangen gerobak, makanya berhalusinasi.

    Sama banget, Gar! Saya juga pengen nyobain makan segala macam itu, tapi apa daya cuma kesampaian makan soba. Lucunya, saya malah belum pernah makan soba di Indonesia. Hehe. Ayo kamu pergi ke sana, terus kasih laporan juga gimana perbandingan rasa makanannya.

    Postingan terakhir sudah ada di sini http://wahyudhea.blogspot.com/2015/08/jepang-tentang-peristiwa.html . Tapi maaf, permintaan untuk kasih foto yang banyak nggak bisa saya penuhi :p

    Makasih sudah mampir, Gara :)

    ReplyDelete