Berbicara tentang makanan Jepang, tentu sebuah hal yang
mengasyikkan. Saya sendiri, ingin rasanya mencoba semua makanan yang dijajakan
di kedai-kedai atau di toko oleh-oleh. Namun apa daya, saya tak boleh
melakukannya. Kami akhirnya bertahan dengan makan buah segar, memasak sendiri,
dan makan di restoran halal. Berikut adalah restoran halal yang sempat kami
singgahi:
- Rose Café, Kyoto
Ini adalah tempat yang tidak kami temukan
secara sengaja. Awalnya kami hanya berniat membeli bahan-bahan makanan di toko
halal di dekat masjid Kyoto, yang jaraknya hanya sepelemparan batu dari Kyoto
Imperial Palace. Saat sedang berjalan, mata saya menangkap sederet tulisan yang
tidak asing di depan sebuah kedai: Rose Café. Ini restoran halal! Tanpa pikir
panjang, kami langsung masuk ke dalam. Setelah melihat-lihat buku menu, entah
mengapa ternyata kami semua memesan menu yang sama: lunch set C yang berisi salad, sup, dan nasi kebab ayam. Saya pikir
semua memilih menu tersebut karena ia adalah menu paling murah: 900 yen. Saya
sendiri menambah pesanan segelas jus mangga seharga 400 yen. Ketika menu
pertama, salad, dihidangkan, tak terbayangkan betapa bahagianya kami dapat
makan di restoran (meskipun bukan makanan Jepang). Bahkan sampai semua makanan
kami tandas, kami masih memperbincangkan betapa beruntungnya dapat bertemu
sebuah kedai halal dalam perjalanan ini. Selepas makan, kami malah gagal
berkunjung ke toko halal lantaran kami pergi ke sana sekitar pukul 13.00 pada
hari Jumat—toko halal ditutup untuk dijadikan tempat sholat Jumat.
- Ali’s Kitchen, Osaka
Ali’s Kitchen juga sebenarnya bukan merupakan
tujuan kami. Yang ingin kami kunjungi adalah restoran Nazar, sebuah restoran
Turki, di kawasan Shinsaibashi. Sayang, saat kami sudah mampu menemukan letaknya,
restoran tersebut dalam keadaan tutup. Setelah mengecek kembali situs berisi
daftar restoran halal, akhirnya Ali’s Kitchen menjadi tujuan kami karena ia
juga terletak di kawasan yang sama. Terletak di lantai B1 gedung Toresu, Ali’s Kitchen
cukup penuh pengunjung ketika kami masuk. Untunglah masih ada sebuah meja
kosong di ujung ruangan yang muat untuk kami berlima. Di sini, kami memesan
menu yang berbeda-beda, namun minuman kami sama: mango lassee (dan saya jatuh
hati pada rasanya yang sangat segar). Saya sendiri memesan nasi dengan kari
ayam seharga 1000 yen. Ketika kami menunggu makanan disajikan, Ali, pemilik
restoran, mengajak kami mengobrol. Ia mengatakan bahwa pegawai KJRI di Osaka,
yang jaraknya tidak jauh dari restorannya, sering mampir untuk makan. Ia juga
memberi kami bocoran di mana kami bisa memperoleh suvenir murah di sekitar
Dotonburi (yang sayangnya tidak ada satupun dari kami yang mengingat lokasinya)
dan restoran halal yang menjual masakan Jepang. Kami meninggalkan Ali’s Kitchen
dengan sangat berat hati, selain karena tidak tega harus berpisah dengan tempat
berpendingin ruangan (musim panas di Jepang cukup melelahkan), juga karena
makanan di piring kami masih tersisa banyak (porsinya terlalu besar untuk perut
kami T.T).
- Mr. Halal, Osaka
Tidak seperti dua kedai sebelumnya, Mr.
Halal memang sengaja kami kunjungi. Ini merupakan kedai rekomendasi dari Ali,
di mana Ali menyatakan bahwa Mr. Halal menyediakan juga masakan Jepang seperti
ramen, wagyu beef, dan omurice. Kalau saya, demi omurice, maka saya dengan
sangat ikhlas pergi ke tempat ini—entah apa motivasi teman-teman. Kedai sedang
sepi saat kami sampai. Ketika buku menu disodorkan, hanya tertulis nama-nama
masakan Arab. Sedikit kebingungan, kami bertanya kepada pelayan. Dan beginilah
jawaban yang kam terima saat bertanya apakah kami bisa memesan masakan Jepang:
maaf, saat ini kami tidak menyediakan masakan Jepang. Saya yang kecewa lantaran
gagal makan omurice yang sangat saya dambakan, akhirnya memesan menu Shrimp
Creamy (yang ternyata adalah tempura udang, berbeda sekali dengan gambar yang
ada di buku menu) seharga 900 yen. Duhai pemilik kedai, janganlah kau cantumkan
masakan Jepang kalau kau tak sanggup menghidangkannya karena hanya akan
mengecewakan orang-orang seperti kami.
- Sebuah Restoran Soba, Osaka
Seperti dua tempat pertama, kami juga tidak
berencana singgah di restoran soba ini. Pada awalnya saya merencanakan makan di
restoran The U-don di bandara internasional Kansai, yang sudah bersertifikat
halal. Ketika sampai di lantai 2, kami melihat daftar kedai yang ada, dan
menemukan bahwa ada satu lagi kedai yang berlogo halal di bawahnya. Sebab
gambar menu yang lebih menarik, kami memutuskan untuk makan di restoran soba
ini. Nama restorannya sendiri tertulis dalam kanji yang tidak bisa saya baca,
jadi saya tidak mengetahui namanya. Yang bisa saya baca hanyalah kata ‘soba’
yang tertulis dalam huruf hiragana. Restoran yang penuh membuat kami harus
menunggu sekitar 15 menit untuk memperoleh tempat duduk. Saya memesan Chicken
Katsudon dan Mie Soba (tentu saja saya memilih yang berkuah hangat!) seharga
960 yen yang, lagi-lagi, tidak bisa saya habiskan seluruhnya (saya hanya
menandaskan ayam katsu yang sungguh lezat). Pun demikian, lega rasanya, tak ada
lagi rasa penasaran akan bagaimana rasa soba.
Untuk sebuah perjalanan singkat, empat di
atas rasanya sudah cukup menghibur perut kami di antara konsumsi buah segar dan
makanan masakan sendiri. Anehnya, terkadang, ketika sedang berjalan-jalan, mata
saya samar-samar melihat gerobak cilok dan es teh di trotoar.
17 Agustus 2015
Dirgahayu Indonesia!
Aaaak itu fatamorgana kali ya Kak dagang es kelapa dan ciloknya, soalnya saking kangen dengan kampung halaman kali ya Kak (padahal cuma pergi seminggu :aaaak).
ReplyDeleteKak Wahyu pergi ke Jepang tidak bilang-bilang, euy! Padahal kan saya mau ngikut, tapi itu enak-enak banget kayaknya soalnya membayangkannya pun membuat saya ngiler. Penasaran dengan udon, nasi kari dan omurice asli sana apakah sama dengan yang dijual di sini (tapi sebelumnya saya mesti mencoba yang di sini dulu untuk tahu bagaimana rasanya :haha).
Postingan selanjutnya ditunggu, dengan foto yang banyak! :hoho *digampar*.
Aaak Gara mampir kesini...
ReplyDeleteHahaha saking bosennya ketemu vending machine jadi kangen gerobak, makanya berhalusinasi.
Sama banget, Gar! Saya juga pengen nyobain makan segala macam itu, tapi apa daya cuma kesampaian makan soba. Lucunya, saya malah belum pernah makan soba di Indonesia. Hehe. Ayo kamu pergi ke sana, terus kasih laporan juga gimana perbandingan rasa makanannya.
Postingan terakhir sudah ada di sini http://wahyudhea.blogspot.com/2015/08/jepang-tentang-peristiwa.html . Tapi maaf, permintaan untuk kasih foto yang banyak nggak bisa saya penuhi :p
Makasih sudah mampir, Gara :)