Friday, February 17, 2012

Yang Seru-seru Seputar Donor Darah


Agaknya saya sedikit terobsesi untuk mengajak orang supaya donor darah. 2 posts in a row are about donating blood! Hehe.

Sampai saat ini, saya sudah 12 kali donor darah. Masih sedikit, sih. Saya berharap saya selalu diberi kesehatan sehingga bisa selalu rutin donor darah.
Ada beberapa peristiwa dari dua belas kali itu yang saya ingat dengan baik karena mengesankan.

Semuanya seru!


Suatu hari di sekolah
29 Desember 2007. Itu pertama kalinya saya donor darah. Waktu itu saya bareng Maimun, teman sekelas saya. PMI datang dengan MU-nya, lokasi donor di UKS SMAN 1 Gresik. Sejak saat itu saya bertekad untuk jadi pendonor rutin. Alasan utama sih sederhana: saya ingin kartu donor saya penuh.

Gambar dari http://pmrsmkn3.blogspot.com/2011/03/apa-manfaat-dari-donor-darah.html


Suatu sore di Gresik
Ini kejadian di UTD PMI Gresik. Saat itu bulan Ramadan. Saya berpuasa. Seingat saya, PMI buka sampai pukul 21.00. Kalau mau donor setelah buka puasa, waktunya nggak cukup. Masa donornya setelah buka puasa? Nanti tarawihnya terlambat, dong. Masa donornya setelah tarawih? Di masjid daerah saya tarawih baru selesai pukul 20.45. Bisa-bisa waktu saya sampai di UTD PMI, saya Cuma ketemu dengan bangunan kosong yang sudah ditinggal semua pegawainya. Haha

Setelah membaca beberapa referensi yang menyatakan bahwa donor darah ketika berpuasa itu tidak berbahaya, maka saya beranikan diri untuk datang ke UTD Gresik. Sore-sore, sekitar pukul 16.00. Ditanya petugasnya, “Beneran nih ntar nggak apa-apa? Nggak nunggu buka puasa aja?” Enggak dong, kalau nunggu buka puasa ya saya datangnya setelah maghrib, bukan sebelum maghrib. Setelah donor, ya beneran nggak apa-apa. Cuma saya waktu itu sedikit khawatir. Khawatirnya begini: ini saya nyetir motor sendiri ke rumah. Kalau di jalan nggak kuat terus tiba-tiba pingsan dan jatuh di jalan, gimana dong? Haha. Alhamdulillah, tidak ada apa-apa sepanjang perjalanan pulang saya sore itu dan saya sampai di rumah dengan selamat :D.

Suatu pagi, di tengah kuliah Keuangan Publik
Di kampus, pendaftaran donor darah mulai pukul 9.00 sampai pukul 12.00. Saya ada jadwal kuliah pukul 8 sampai 10.30. Kalau saya baru meluncur ke lokasi selepas kuliah, bisa-bisa baru dapat giliran donor pukul 13.00 karena sudah banyak yang antre. Akhirnya, dengan beberapa teman, kami minta izin ke dosen dan langsung menuju TKP. Donor darah berjalan seperti biasa, tidak ada yang istimewa. Selepas donor, saya ambil susu cokelat hangat yang sudah disediakan. Kemudian saya ketemu teman saya, ngobrol deh. Saya sambil minum susu dengan nikmatnya. Dan teman saya tiba-tiba berkata, “Tangan kamu kenapa?” Saya lihat tangan saya, dan ternyata … ada darah!!! Darahnya tembus ke baju, agak melebar di bagian yang habis diambil darahnya. Baju saya saat itu berwarna krem, jadi darahnya yang tembus kentara sekali.

Saya lumayan panik waktu itu, soalnya belum pernah begitu sebelumnya. Susu yang belum saya minum habis akhirnya saya buang *sungguh sebuah pemborosan*, saya lari masuk ke ruangan donor, ke petugas yang tadi menangani saya. “Tadi ditekuk ya tangannya?” Tanya petugasnya. Iya sih, kan buat minum. Kalau nggak ditekuk gelasnya nggak bakal sampai di mulut. Oleh petugas PMI tersebut, plester saya diganti. Gitu doang, sih. Sepertinya sih tadi pembuluh darahnya belum menutup, jadi si darah masih keluar. Kalau kata petugas PMI yang pernah saya ajak ngobrol sih itu istilahnya “bocor”.

Selepas donor saya masih ada kuliah. Dan sepanjang kuliah itu saya menutup bagian baju yang terkena darah dengan tangan satunya. Bukannya pamer kalo habis donor, tapi kalo nggak saya tutupin ntar teman-teman perempuan saya pada teriak, “Iiih… kok bisa gitu sih, Wahyu? Ngeri banget! Sakit, nggak?” dan lain sebagainya karena beberapa kali tangan saya capek nutupin, jadi nggak sengaja keliatan deh tuh bekas darahnya. Dan kawan saya bereaksi begitu*.

Suatu siang yang melelahkan
Ini kisah paling baru. Kejadiannya baru hari Sabtu lalu. Sejak saya tahu ada acara donor darah tanggal 11 Februari 2012, saya sudah berniat akan datang. Oiya, nama acaranya LoveDonation, yang bikin acara adalah @YoungOnTop. Semestinya jadwal donor saya tanggal 22 Januari, tapi saya undur karena pengen datang LoveDonation ini. Tiba-tiba Selasa 8 Februari, saya dapat kabar kalau hari Jumat malamnya ada semacam mabit di kampus. Kalau dirinci, jadwal kegiatan saya begini: Jumat kerja pukul 8.00 sampai 17.00 Pukul 19.00 mabit sampai Sabtu pagi pukul 05.30. Perlu diketahui bahwa saat mabit ini saya cuma tidur sekitar setengah jam karena memang jadwal acaranya padat. Sabtu pagi pukul 7 sampai pukul 12.00 saya ada kursus. Dari lokasi kursus saya langsung ke lokasi LoveDonation, yaitu di Grand Indonesia.


Gambar dari http://lovedonation.tumblr.com/post/15344396304/love-donation-2012-your-true-love-saves-peoples
 
Ya kalau untuk donor tidak perlu dicek tensi darah dan kadar Hb (hemoglobin)nya, saya nggak bakal khawatir dengan jadwal kegiatan saya itu. Masalahnya kan ada pengecekan untuk kedua hal tersebut. Kalau nggak lolos, nggak bisa donor. Ini yang saya khawatirkan. Apalagi Jumatnya saya bisa dibilang nggak tidur. Ini bisa berdampak buruk pada kadar Hb. Dulu saya pernah malamnya tidur sekitar 4 jam, dan paginya gagal donor karena kadar Hb terlalu rendah. Kadar Hb dipengaruhi banyak hal sih, salah satunya kondisi fisik. Kalau banyak aktivitas dan kurang istirahat, biasanya kadar Hbnya di bawah yang disyaratkan, yaitu 12,5 mg/dl. Nah, saya punya ide tuh akhirnya. Jumat pagi saya makan seikat bayam yang direbus. Pikir saya, bayam kan kandungan zat besinya tinggi. Semoga dengan makan bayam, meskipun kurang istirahat, kadar Hb saya tetap cukup untuk syarat donor.

Ketika diperiksa di lokasi donor darah pada hari Sabtu, voila!!!!! Darah saya tenggelam di larutan kuprisulfat (CuSO4). Kalau suasana memungkinkan, pengen lah rasanya saya sujud syukur waktu itu saking senangnya. Buat saya, bagian paling mendebarkan dari proses donor darah adalah cek kadar Hb. Kalau tensi, saya selalu lolos karena tensi saya rata-rata 120/80. Kalau Hb, beberapa kali saya gagal donor karena kadar Hbnya kurang. Makanya, saat itu saya senaaaaang sekali. Senyum saya lebar banget waktu lihat darah saya tenggelam.

Oiya. Untuk informasi, ada beberapa cara mengetes kadar Hb. Ada yang dengan alat yaitu darah diteteskan pada semacam kertas, kemudian ditempelkan pada alat tersebut. Setelah beberapa saat alat tersebut akan menunjukkan berapa kadar Hb dalam darah. Selain dengan alat tersebut, yang lebih banyak digunakan yaitu pengecekan dengan larutan CuSO4 tadi. Kalau darah yang diteteskan tenggelam, berarti kadar Hbnya cukup dan boleh donor. Kalau darahnya terapung, berarti kamu harus pulang karena nggak boleh donor :D.

Karena saya lolos pemeriksaan tensi dan Hb, saya masuk ke bilik donor darah. Ada 20 bed, beberapa kosong. Saya disambut oleh salah satu petugas PMI, ditanya tangan mana. “Tangan kanan, mas.” Kata saya. Kemudian saya ditunjukkan satu bed. Saya membatin, lah itu kan untuk tangan kiri. Tapi saya nurut aja. Lalu saya tiduran, dan serangkaian prosedur dilakukan. Tapi sepertinya mbak petugas PMI yang menangani saya agak kesulitan menemukan pembuluh darah di lengan kiri saya. beberapa kali tangan saya digosok, ditekan-tekan. Kemudian setelah beberapa lama, jarum dimasukkan. Cuuussss… Tapi mbak petugasnya masih saja menekan beberapa bagian. Dan jarum dimasukkan lebih dalam. Cuuussss… Kemudian mbak petugas kembali menekan-nekan, dan jarumnya dimasukkan lebih dalam lagi. Sampai empat kali. Ya ampuuunnnn. Saya merasa jarum yang masuk ke tangan saya sudah panjang sekali, dan mbak petugas tetap bilang, “belum apa-apa kok.” Ngik -__-. Ya nggak tau juga sih, mungkin sayanya yang lebai dan cuma merasa jarum dimasukkan lebih dalam padahal tidak.

Setelah beberapa saat, darahnya belum keluar juga. “Memang biasanya tangan kanan sih, mbak.” Kata saya.
“Kalau gitu ganti kanan aja ya?” tanya mbak petugas.
Saya balik tanya, “lho emang ini belum ketemu ya pembuluhnya?”
“Sudah ketemu, tapi pembuluhnya kecil. Susah keluar darahnya.”
Akhirnya saya bilang, “yaudah mbak. Ganti aja yang kanan.”
Dan jarum pun dicabut. Eeeehh.. Baru deh darahnya keluar.
“Tuh kan, ketemu. Tapi kecil pembuluhnya.” Kata mbak petugas.

Akhirnya saya pindah bed, dan tangan kanan saya pun mulai diubek-ubek. Alhamdulillah, lancar. Dan, inilah isi bingkisannya: dari PMI berupa susu kotak, jus kotak, dan roti; dari sponsor tokobagus.com berupa goody bag berisi bolpoin dan buku. Ada lagi donat dan teh dari Starbucks. Belum selesai, nih. Pendonor juga boleh mengambil Coca Cola dan Ades dingin dari kulkas yang disediakan. Mantap lah pokoknya :D *saya baik kan nyebutin sponsornya? Haha*

Sebagai ganti dari supernya hari itu, saya balas dendam dengan tidur sekitar 10 jam. Hehehe


Dari 12 kali donor darah, itu adalah beberapa kisah yang masih saya ingat. Semuanya seru, makanya saya ingat. Dan tiap kali saya ingat cerita-cerita tersebut, saya jadi ingat bahwa saya harus selalu jaga kesehatan, biar tetap bisa donor darah rutin.

Sekali lagi, AYO DONOR DARAH!!!



Ciputat, di sebuah kantor yang tenang. 16 Februari 2012

Salam,
Wahyu Widyaningrum

0 comments:

Post a Comment