Wednesday, February 8, 2012

Kisah The History of Love


Semangat pagi, dunia!

Buku apa yang tengah kamu baca saat ini? Fiksi atau nonfiksi?

Apapun itu, mari kita *terutama saya sendiri* terus membaca buku. Jangan sampai deh memutuskan untuk tidak lagi membaca buku. Banyak ruginya. Serius deh.

Iya, saya serius. Soalnya saya beberapa bulan lalu berhenti baca buku. Saya bosan baca buku fiksi, tapi malas baca yang nonfiksi. Kebetulan juga saya sedang gandrung pada sesuatu yang lain, jadi kayaknya saya fokus banget sama yang saya gandrungi ini dan agak lupa kalau meninggalkan membaca=rugi. Hehe

Sekarang gimana?

Sekarang? Alhamdulillah sudah agak insaf *masih agak nih, belum insaf 100%. Haha*. Ada beberapa hal juga yang menyebabkan saya jadi agak insaf ini. Pertama, kegandrungan saya pada yang saya gandrungi tadi agak berkurang *nggak ribet kan bacanya? ^^*. Agak bosan juga sih sebenarnya, karena nggak ada yang baru. Hehe. Kedua, karena saya mandeg pas mau nulis. Karena nggak pernah baca, nggak ada pengetahuan, jadi nggak ada yang bisa ditulis. Selain nggak ada yang ditulis, saya agaknya juga lupa gimana caranya nulis. Ini yang paling bikin saya sedih. Nggak ada masukan ternyata menyebabkan nggak ada keluaran :(

Kalau dulu, meskipun tulisan saya nggak bagus-bagus amat, tapi setidaknya saya lebih lancar kalau nulis. Bisa nggak berhenti-berhenti tuh kalau lagi asyik nulis. Ketika berhenti baca buku, saya bahkan nggak tau gimana harus memulai sebuah tulisan. Jadilah banyak ide-ide yang terbang bebas dari kepala saya, entah sekarang hinggap di kepala siapa yang mungkin sudah diwujudkan menjadi sebuah tulisan.

Nah, saat ini saya sedang membaca novel The History of Love karya Nicole Krauss, tentu saja yang versi bahasa Indonesia :D . Semua buku saya memiliki tanggal, dan buku yang satu ini tertanggal 12 Desember 2010. Sudah lebih dari satu tahun dia ada di kamar, tapi baru kali ini saya baca. Hehehe




Tapi sebenarnya ini bukan kali pertama sih saya baca.

Novel The History of Love ini saya dapat sebagai hadiah lomba cerpen dari Aksara. Ada beberapa buku yang saya peroleh sebagai hadiah, salah satunya ya novel ini. Sekira sebulan sebelumnya, ada kakak kelas saya yang bercerita bahwa dia jatuh cinta pada novel ini. Dia bilang bagus sekali, sangat direkomendasikan lah. Termakan oleh rekomendasi tersebut, saya akhirnya jadi mupeng juga. Untuk bisa meminjam buku tersebut dari si kakak kelas, saya harus bersabar karena saya ada di urutan kesekian.

Saya tanya dulu deh. Kalau kamu sedang menginginkan sesuatu, yang kalau dibahasalisankan semacam “Gue pengen banget punya ituuu!”, kemudian kamu bisa memperoleh yang kamu inginkan apalagi tanpa keluar uang, bagaimana perasaan kamu? Apa yang kamu lakukan? Senang, kan? Pasti dengan penuh semangat langsung mencobanya *ini sih tergantung konteks ya. Bisa mencoba, membuka, membaca, memakai, menaiki, menggunakan, dan lain-lain*.

Begitu pula saya. Ketika saya buka bingkisan hadiah itu dan saya lihat ada novel The History of Love yang masih terbungkus, saya langsung jejingkrakan saking senangnya. Yang saya lakukan pertama kali? Tentu saja merobek sampul plastik novelnya :D. Tapi saya nggak langsung baca. Saya buka sampul buku yang lain juga, kemudian saya baca sinopsisnya satu-satu. Semuanya menarik, tapi saya tetap ingin menjadikan The History of Love sebagai yang pertama kali saya baca.

Jadi dari lima buku yang saya dapat, The History of Love lah yang pertama saya baca. Saya buka halaman depan dengan hati yang sungguh berbunga-bunga. Senang sekali pokoknya.

Tapi ternyata bunga-bunga di hati saya dengan segera kembali menjadi kuncup.
Masuk halaman keenam, saya menyerah. Bukunya saya tutup, dan saya agak trauma untuk membukanya kembali. Hahaha.

Kenapa?

Sederhana sih. Tulisannya kecil-kecil. Saya pusing membacanya, akhirnya saya menyerah pada halaman keenam itu. Alasan lain adalah saya kurang suka novel terjemahan. Bukan apa-apa, tapi saya kurang sreg dengan bahasa novel terjemahan. Agak gimanaaa gitu kalau dibandingkan novel bahasa Indonesia asli *inilah alasan kenapa saya cuma pernah membaca dua halaman pertama serial novel Harry Potter yang terkenal itu*.

Nah. Setelah sekian lama si The History of Love ini nggak tersentuh dan saya juga sudah lama nggak baca, akhirnya dua hari lalu saya memutuskan untuk membaca novel ini (lagi). Alhamdulillah sudah sampai halaman 99. Hahaha *padahal kalau bukan novel terjemahan bisa habis dalam semalam*.

Ganbarimasu!!!

****

Apapun lah. Mau buku jenis apapun, berapapun lamanya membaca, yang penting jangan sampai berniat untuk meninggalkan buku. Beneran deh.
Baiklah. Untuk kamu, selamat membaca yaaa :D



8 Februari 2012, pukul 11.48.

Salam,
Wahyu Widyaningrum


Gambar sampul buku dari gramediashop.com

0 comments:

Post a Comment