Bagaimana kebiasaan para penulis ketika di toko buku? Bagaimana mereka mengidentifikasikan diri mereka sebagai pembaca? Pertanyaan-pertanyaan itu kami ajukan langsung kepada penulis.
Topik 7: Mendokumentasikan Buku yang Sudah Dibaca pada bookmeter.com
(topik 6 dapat dibaca di sini)
Anda
menjelaskan buku-buku yang Anda baca dan buku-buku Anda sendiri dengan tajam
dan detail, bahkan menjelaskan analisis Anda dengan bahasa yang mudah
dimengerti. Saya jadi ingin membaca kumpulan resensi atas buku-buku favorit
Anda. Apakah Anda menyusun semacam dokumentasi bacaan?
Terima kasih.
Ya, saya mencatat buku-buku yang saya baca di bookmeter, karena saya sering
lupa. Tetapi saya tidak menulis kesan atas pembacaan tersebut. Dahulu saya
menulisnya, tetapi ketika saya baca ulang, rasanya kok saya jumawa sekali
(tertawa).
Kemudian
sejak akhir usia 20-an saya mulai suka puisi dan sering melihat kolom kiriman
puisi di majalah, di sana ada sedikit penjelasan dari redaktur mengenai alasan
pemilihan karya tersebut. Yang membuat saya menyukai puisi adalah
komentar-komentar yang menyertai karya tersebut. Saya ingin bisa menjelaskan
mengapa saya menyukai suatu karya, dalam bentuk tulisan.
Luar
biasa....
Ini memang
sifat pembawaan saya. saya tidak bisa mengacuhkan begitu saja apa yang saya
sukai atau saya benci. Jujur, semuanya hanya fantasi. Tidak ada kata-kata yang
pas untuk mengungkapkan rasa suka atau benci itu. Tetapi karena tadi hanya
fantasi, justru saya makin ingin membaginya kepada orang lain lewat kata-kata.
Apakah Anda
senang membaca resensi, kritik sastra, atau catatan redaksi?
Saya sangat
suka membaca opini orang lain, semacam ingin tahu bagaimana pandangan orang
lain. Mungkin juga karena saya tidak terlalu mempercayai selera saya sendiri.
Saya sedikit khawatir sehingga cenderung banyak berpikir setelahnya.
Adakah
materi yang wajib Anda baca? Misalnya, reviu majalah sastra, resensi di koran,
atau catatan pemilihan pemenang Penghargaan Akutagawa.
Saya
usahakan untuk membacanya sekilas. Untuk majalah sastra, saya prioritaskan
untuk membaca karya-karya dari penulis yang belum pernah saya baca, karena saya
relatif senang dengan pengalaman pembacaan yang saya peroleh dari majalah
sastra. Setelah membacanya, saya beralih ke reviu umum dan reviu bulanan atas
karya-karya yang dimuat.
Setelah
debut sebagai penulis, apakah ada yang berubah dalam bacaan Anda?
Setelah
debut, untuk sementara saya hanya membaca apa yang saya suka. Akhir-akhir ini
saya terkadang diminta untuk berbicara pada acara gelar wicara, jadi seringkali
saya membaca buku-buku penulis yang hadir. Buku karya Kishi Masahiko sangat
menarik. Saya hanya tahu novel-novel beliau, kemudian setelah membaca buku
sosiologi karya beliau, saya berterima kasih karena telah dibukakan dunia baru
yang sedemikian luas.
Selain itu,
setelah debut saya menemukan semangat dalam tanka (genre puisi Jepang) sehingga
mulai membacanya. Misalnya karya Ohmori Shizuka yang sangat indah. Juga Inoue
Noriko, lalu karya Hattori Mariko.
Apa hal-hal
yang menarik perhatian Anda akhir-akhir ini?
Untuk novel
luar negeri, saya rasa “Ping Pong” karya Park Min-Gyu sangat menarik. Kemudian “La
Place de l’Etoile/Night Rounds” karya Patrick Modiano. (Sambil melihat ponsel) saya
mencatatnya di bookmeter, jadi saya ingat yang dulu-dulu (tertawa). Oh iya,
naskah drama karya Matsubara Shuntaro yang memperoleh penghargaan Kishida
Kuniogi Kyokusho, “Yamayama”, juga sangat mencengangkan. Lalu untuk kritikus
sastra, saya suka Octavio Paz.
Kalau untuk
novel, saya sangat suka buku “The Children’s Room” karya Louis-Rene des Forets.
Di dalamnya ada beberapa cerita yang tidak begitu panjang. Bukunya sangat
berkesan karena saya menemukannya ketika sedang membaca berbagai novel bertema
musik.
Tadi saya
sedikit bercerita tentang Robert Walser, itu adalah rekomendasi editor saya
sejak saya debut. Ia memberi tahu saya setelah saya bilang pada salah satu
redaktur di Penerbit Kawade Shobo bahwa saya suka karya-karya W.G. Sebald. Saya
sering mewawancarai orang lain tentang hal-hal yang mereka suka. Ah, saya baru
ingat macam-macam setelah membuka-buka bookmeter (tertawa). Ketika “The Yellow
Rain” karya Julio Llamazares diterbitkan versi cetaknya, saya membacanya sekali
lagi. Saya juga baca cerpen-cerpen yang masuk ke buku tersebut dan terkesan sekali.
Kalau
novel-novel Jepang terbaru, saya belum membacanya secara keseluruhan, tapi
kebetulan saya membaca “Arakure” karya Tokuda Shusei; novelnya sangat menarik
dan mengejutkan. Tokoh-tokoh yang muncul sangat beringas sesuai judul novelnya,
juga banyak pertanyaan yang timbul terkait relasinya dengan tokoh-tokoh lain di
sekitarnya. Saya sendiri tidak menduga bisa terus membacanya tanpa kehilangan
minat sedikit pun. Keberingasan yang jauh melebihi ekspektasi saya.
Saya jadi
ingin menggali lebih lanjut (tertawa). Nah, tahun ini ada tiga karya Anda yang
diterbitkan, yaitu “1R 1-pun 34-Byou”, “Boku Wa Kitto Yasashii”, dan “Ai Ga
Kirai”. Bagaimana rencana Anda ke depan?
Dua tahun
belakangan ini banyak yang saya tulis, dan saya merasa semuanya jadi ada
wujudnya. Oh ya, akhir Oktober buku saya “Chopin Zombie Contestant” akan
terbit.
**
0 comments:
Post a Comment