Tuesday, June 30, 2020

Jalan Pembacaan Para Penulis - Machida Ryohei (Volume 7-Habis)

Bagaimana kebiasaan para penulis ketika di toko buku? Bagaimana mereka mengidentifikasikan diri mereka sebagai pembaca? Pertanyaan-pertanyaan itu kami ajukan langsung kepada penulis.

Topik 7: Mendokumentasikan Buku yang Sudah Dibaca pada bookmeter.com
(topik 6 dapat dibaca di sini)


Anda menjelaskan buku-buku yang Anda baca dan buku-buku Anda sendiri dengan tajam dan detail, bahkan menjelaskan analisis Anda dengan bahasa yang mudah dimengerti. Saya jadi ingin membaca kumpulan resensi atas buku-buku favorit Anda. Apakah Anda menyusun semacam dokumentasi bacaan?
Terima kasih. Ya, saya mencatat buku-buku yang saya baca di bookmeter, karena saya sering lupa. Tetapi saya tidak menulis kesan atas pembacaan tersebut. Dahulu saya menulisnya, tetapi ketika saya baca ulang, rasanya kok saya jumawa sekali (tertawa).
Kemudian sejak akhir usia 20-an saya mulai suka puisi dan sering melihat kolom kiriman puisi di majalah, di sana ada sedikit penjelasan dari redaktur mengenai alasan pemilihan karya tersebut. Yang membuat saya menyukai puisi adalah komentar-komentar yang menyertai karya tersebut. Saya ingin bisa menjelaskan mengapa saya menyukai suatu karya, dalam bentuk tulisan.

Luar biasa....
Ini memang sifat pembawaan saya. saya tidak bisa mengacuhkan begitu saja apa yang saya sukai atau saya benci. Jujur, semuanya hanya fantasi. Tidak ada kata-kata yang pas untuk mengungkapkan rasa suka atau benci itu. Tetapi karena tadi hanya fantasi, justru saya makin ingin membaginya kepada orang lain lewat kata-kata.

Apakah Anda senang membaca resensi, kritik sastra, atau catatan redaksi?
Saya sangat suka membaca opini orang lain, semacam ingin tahu bagaimana pandangan orang lain. Mungkin juga karena saya tidak terlalu mempercayai selera saya sendiri. Saya sedikit khawatir sehingga cenderung banyak berpikir setelahnya.

Adakah materi yang wajib Anda baca? Misalnya, reviu majalah sastra, resensi di koran, atau catatan pemilihan pemenang Penghargaan Akutagawa.
Saya usahakan untuk membacanya sekilas. Untuk majalah sastra, saya prioritaskan untuk membaca karya-karya dari penulis yang belum pernah saya baca, karena saya relatif senang dengan pengalaman pembacaan yang saya peroleh dari majalah sastra. Setelah membacanya, saya beralih ke reviu umum dan reviu bulanan atas karya-karya yang dimuat.

Setelah debut sebagai penulis, apakah ada yang berubah dalam bacaan Anda?
Setelah debut, untuk sementara saya hanya membaca apa yang saya suka. Akhir-akhir ini saya terkadang diminta untuk berbicara pada acara gelar wicara, jadi seringkali saya membaca buku-buku penulis yang hadir. Buku karya Kishi Masahiko sangat menarik. Saya hanya tahu novel-novel beliau, kemudian setelah membaca buku sosiologi karya beliau, saya berterima kasih karena telah dibukakan dunia baru yang sedemikian luas.
Selain itu, setelah debut saya menemukan semangat dalam tanka (genre puisi Jepang) sehingga mulai membacanya. Misalnya karya Ohmori Shizuka yang sangat indah. Juga Inoue Noriko, lalu karya Hattori Mariko.

Apa hal-hal yang menarik perhatian Anda akhir-akhir ini?
Untuk novel luar negeri, saya rasa “Ping Pong” karya Park Min-Gyu sangat menarik. Kemudian “La Place de l’Etoile/Night Rounds” karya Patrick Modiano. (Sambil melihat ponsel) saya mencatatnya di bookmeter, jadi saya ingat yang dulu-dulu (tertawa). Oh iya, naskah drama karya Matsubara Shuntaro yang memperoleh penghargaan Kishida Kuniogi Kyokusho, “Yamayama”, juga sangat mencengangkan. Lalu untuk kritikus sastra, saya suka Octavio Paz.
Kalau untuk novel, saya sangat suka buku “The Children’s Room” karya Louis-Rene des Forets. Di dalamnya ada beberapa cerita yang tidak begitu panjang. Bukunya sangat berkesan karena saya menemukannya ketika sedang membaca berbagai novel bertema musik.
Tadi saya sedikit bercerita tentang Robert Walser, itu adalah rekomendasi editor saya sejak saya debut. Ia memberi tahu saya setelah saya bilang pada salah satu redaktur di Penerbit Kawade Shobo bahwa saya suka karya-karya W.G. Sebald. Saya sering mewawancarai orang lain tentang hal-hal yang mereka suka. Ah, saya baru ingat macam-macam setelah membuka-buka bookmeter (tertawa). Ketika “The Yellow Rain” karya Julio Llamazares diterbitkan versi cetaknya, saya membacanya sekali lagi. Saya juga baca cerpen-cerpen yang masuk ke buku tersebut dan terkesan sekali.
Kalau novel-novel Jepang terbaru, saya belum membacanya secara keseluruhan, tapi kebetulan saya membaca “Arakure” karya Tokuda Shusei; novelnya sangat menarik dan mengejutkan. Tokoh-tokoh yang muncul sangat beringas sesuai judul novelnya, juga banyak pertanyaan yang timbul terkait relasinya dengan tokoh-tokoh lain di sekitarnya. Saya sendiri tidak menduga bisa terus membacanya tanpa kehilangan minat sedikit pun. Keberingasan yang jauh melebihi ekspektasi saya.

Saya jadi ingin menggali lebih lanjut (tertawa). Nah, tahun ini ada tiga karya Anda yang diterbitkan, yaitu “1R 1-pun 34-Byou”, “Boku Wa Kitto Yasashii”, dan “Ai Ga Kirai”. Bagaimana rencana Anda ke depan?
Dua tahun belakangan ini banyak yang saya tulis, dan saya merasa semuanya jadi ada wujudnya. Oh ya, akhir Oktober buku saya “Chopin Zombie Contestant” akan terbit. 

**

Diterjemahkan dari artikel ini.

0 comments:

Post a Comment