Saya
punya kesan tersendiri terhadap diri saya ketika masih kanak-kanak, atau anggap
saja ketika masih sekolah dan tinggal bersama orang tua, yaitu tidak pandai
memanfaatkan waktu. Padahal saat itu saya punya lebih banyak waktu luang
dibandingkan sekarang.
Pada
suatu kesempatan wawancara, saya ditanya tentang hal-hal yang saya sesali dari
masa sekolah. Saya menjawab, "dengan waktu luang sebanyak itu yang saya
habiskan untuk minum-minum, lebih baik bila saya menggunakannya untuk
mempelajari sesuatu. Seni lukis tinta cair, misalnya. Hahaha."
Artikel
hasil wawancara tersebut lantas terbit dengan kalimat 'Yoshimoto: Menyesal
Tidak Belajar
Seni Lukis Tinta Cair'. Hal-hal seperti itu pernah juga terjadi.
Omong-omong,
pada suatu malam ketika saya pulang ke rumah orang tua saya, buku-buku dan
benda-benda lain milik saya ditumpuk di ruangan yang dulunya adalah kamar saya.
"Kamar itu tidak boleh menganggur. Coba kaurapikan barang-barangmu,"
begitu kata ibu saya. Sedikit demi sedikit saya mulai membereskannya dengan tidak
bersemangat. Saya melihat naskah-naskah dan catatan-catatan saya dahulu. Cukup
memalukan, dan itu membuat pekerjaan membereskan ini tidak kunjung selesai.
Mengenai
naskah-naskah tadi, dibandingkan dengan sekarang, sebetulnya tidak banyak yang
berubah dari sisi ketidakbecusan menulis dan isi tulisan. Ada tokoh laki-laki
dan perempuan yang muncul dan memakan sesuatu, atau ada hantu yang tiba-tiba
muncul; itu-itu saja. Muka saya memerah saking mengingat betapa payahnya diri
saya.
Saya
sendiri tidak begitu ingat pernah menulis tulisan-tulisan itu. Tapi toh memang
saya yang menulisnya. Kemudian ada lagi buku catatan pelajaran matematika
yang penuh coretan-coretan ala manga. Sungguh memalukan, rasanya saya ingin
mati saja.
Membereskan
barang-barang seperti itu membuat saya mengenang masa lalu. Seorang gadis yang
menggantung cita-cita; berpikir positif; menyenangi manga, film, dan
barang-barang lucu; kampungan; tetapi pergaulannya luas.
Saya
memutuskan untuk memandangi benda-benda di dalam kamar dengan sudut pandang
sebagai orang asing. Saking jarangnya saya menoleh ke belakang untuk melihat
bayangan diri—yang ternyata sama persis dengan sekarang, timbul suatu perasaan
ganjil. Terkadang kita berhalusinasi bahwa ada sesosok diri-kita-sekarang
yang datang, tetapi sesungguhnya sosok itu sudah merupakan pribadi yang
berbeda—bahkan sejak dalam sel.
Pada lain
waktu, ketika saya melanjutkan proyek beres-beres kamar, saya melihat gunungan
benda remeh-temeh dari salah satu laci.
Bolpoin
tua lusuh dari India yang bertempelkan cermin, penghapus karet berupa imitasi
dari koin emas dan koin perak peringatan 60 tahun turunnya tahta Kaisar, baskom
bergambar beruang, cerutu bekas milik Beat Kiyoshi yang diperoleh dari undian
program teve Oretachi Hyoukinzoku, set amplop bermotif manju-isi-kastanya,
piramida yang kabarnya mampu mendatangkan manfaat luar biasa, bantal kumbang
koksi yang besar dan lembut, dan lainnya. Barang-barang yang membuat saya
mempertanyakan diri saya dan kebodohan sendiri.
Bukan
waktu yang tepat untuk menertawakan tingkah Chibi Maruko-chan—tingkah saya tak
kalah patut untuk ditertawakan. Saya berani menjamin, ada seember
barang-barang berbentuk anjing laut berbulu dan anjing laut. Saya sampai bosan
dengan kedua jenis anjing laut itu yang terus-menerus bermunculan, hingga
akhirnya saya katakan kepada ibu saya, "saya heran sendiri dengan perilaku
saya dulu di rumah ini. Maaf, ya, Ibu jadi harus tinggal bersama manusia seaneh
ini." Mendengar permintaan maaf saya, Ibu menjawab, "memang aneh,
seorang bocah yang melulu membeli barang-barang berbentuk anjing laut."
Dengan
begitu, ada kekurangan mayor pada kesimpulan pertama saya. Atau barangkali
tidak berlebihan kalau saya adalah seorang "Ratu Agung atas Barang
Aneh".
Apa yang
saya pikirkan tentang diri saya sendiri, atau dengan kata lain diri yang
atasnya saya memiliki kesadaran penuh, sungguh hanya sebagian kecil saja. Itu
pun bukan bagian yang sebagaimana dilihat oleh orang lain. Andai saja saya
bisa menonton diri saya sejak kecil seperti menonton film—yang direkam dalam
format 8mm—yang diputar ulang tiga kali, barangkali tidak akan ada lagi
kebimbangan seperti yang sedang saya rasakan. Karena sebetulnya saya hanya
harus sedikit mengubah apa yang saya lakukan.
**
Diterjemahkan
dari 過去 (Masa Lalu),
salah satu tulisan dalam kumpulan esai karya Yoshimoto Banana
berjudul 夢について(Perihal Mimpi).
Judul
buku: 夢について
Penulis:
Yoshimoto Banana
Tahun
Terbit: 1994
Penerbit:
Gentosha Inc.
0 comments:
Post a Comment