Sunday, June 21, 2020

Masa Lalu (Terjemahan Esai Yoshimoto Banana)


Saya punya kesan tersendiri terhadap diri saya ketika masih kanak-kanak, atau anggap saja ketika masih sekolah dan tinggal bersama orang tua, yaitu tidak pandai memanfaatkan waktu. Padahal saat itu saya punya lebih banyak waktu luang dibandingkan sekarang.
Pada suatu kesempatan wawancara, saya ditanya tentang hal-hal yang saya sesali dari masa sekolah. Saya menjawab, "dengan waktu luang sebanyak itu yang saya habiskan untuk minum-minum, lebih baik bila saya menggunakannya untuk mempelajari sesuatu. Seni lukis tinta cair, misalnya. Hahaha."
Artikel hasil wawancara tersebut lantas terbit dengan kalimat 'Yoshimoto: Menyesal Tidak Belajar Seni Lukis Tinta Cair'. Hal-hal seperti itu pernah juga terjadi.

Omong-omong, pada suatu malam ketika saya pulang ke rumah orang tua saya, buku-buku dan benda-benda lain milik saya ditumpuk di ruangan yang dulunya adalah kamar saya. "Kamar itu tidak boleh menganggur. Coba kaurapikan barang-barangmu," begitu kata ibu saya. Sedikit demi sedikit saya mulai membereskannya dengan tidak bersemangat. Saya melihat naskah-naskah dan catatan-catatan saya dahulu. Cukup memalukan, dan itu membuat pekerjaan membereskan ini tidak kunjung selesai.
Mengenai naskah-naskah tadi, dibandingkan dengan sekarang, sebetulnya tidak banyak yang berubah dari sisi ketidakbecusan menulis dan isi tulisan. Ada tokoh laki-laki dan perempuan yang muncul dan memakan sesuatu, atau ada hantu yang tiba-tiba muncul; itu-itu saja. Muka saya memerah saking mengingat betapa payahnya diri saya.

Saya sendiri tidak begitu ingat pernah menulis tulisan-tulisan itu. Tapi toh memang saya yang menulisnya. Kemudian ada lagi buku catatan pelajaran matematika yang penuh coretan-coretan ala manga. Sungguh memalukan, rasanya saya ingin mati saja.
Membereskan barang-barang seperti itu membuat saya mengenang masa lalu. Seorang gadis yang menggantung cita-cita; berpikir positif; menyenangi manga, film, dan barang-barang lucu; kampungan; tetapi pergaulannya luas.
Saya memutuskan untuk memandangi benda-benda di dalam kamar dengan sudut pandang sebagai orang asing. Saking jarangnya saya menoleh ke belakang untuk melihat bayangan diri—yang ternyata sama persis dengan sekarang, timbul suatu perasaan ganjil. Terkadang kita berhalusinasi bahwa ada sesosok diri-kita-sekarang yang datang, tetapi sesungguhnya sosok itu sudah merupakan pribadi yang berbeda—bahkan sejak dalam sel.

Pada lain waktu, ketika saya melanjutkan proyek beres-beres kamar, saya melihat gunungan benda remeh-temeh dari salah satu laci.
Bolpoin tua lusuh dari India yang bertempelkan cermin, penghapus karet berupa imitasi dari koin emas dan koin perak peringatan 60 tahun turunnya tahta Kaisar, baskom bergambar beruang, cerutu bekas milik Beat Kiyoshi yang diperoleh dari undian program teve Oretachi Hyoukinzoku, set amplop bermotif manju-isi-kastanya, piramida yang kabarnya mampu mendatangkan manfaat luar biasa, bantal kumbang koksi yang besar dan lembut, dan lainnya. Barang-barang yang membuat saya mempertanyakan diri saya dan kebodohan sendiri.

Bukan waktu yang tepat untuk menertawakan tingkah Chibi Maruko-chan—tingkah saya tak kalah patut untuk ditertawakan. Saya berani menjamin, ada seember barang-barang berbentuk anjing laut berbulu dan anjing laut. Saya sampai bosan dengan kedua jenis anjing laut itu yang terus-menerus bermunculan, hingga akhirnya saya katakan kepada ibu saya, "saya heran sendiri dengan perilaku saya dulu di rumah ini. Maaf, ya, Ibu jadi harus tinggal bersama manusia seaneh ini." Mendengar permintaan maaf saya, Ibu menjawab, "memang aneh, seorang bocah yang melulu membeli barang-barang berbentuk anjing laut."

Dengan begitu, ada kekurangan mayor pada kesimpulan pertama saya. Atau barangkali tidak berlebihan kalau saya adalah seorang "Ratu Agung atas Barang Aneh".

Apa yang saya pikirkan tentang diri saya sendiri, atau dengan kata lain diri yang atasnya saya memiliki kesadaran penuh, sungguh hanya sebagian kecil saja. Itu pun bukan bagian yang sebagaimana dilihat oleh orang lain. Andai saja saya bisa menonton diri saya sejak kecil seperti menonton film—yang direkam dalam format 8mm—yang diputar ulang tiga kali, barangkali tidak akan ada lagi kebimbangan seperti yang sedang saya rasakan. Karena sebetulnya saya hanya harus sedikit mengubah apa yang saya lakukan.

**

Diterjemahkan dari 過去 (Masa Lalu), salah satu tulisan dalam kumpulan esai karya Yoshimoto Banana berjudul 夢について(Perihal Mimpi).

Judul buku: 夢について
Penulis: Yoshimoto Banana
Tahun Terbit: 1994
Penerbit: Gentosha Inc. 

0 comments:

Post a Comment