Wednesday, September 6, 2017

Mendengarkan Kisah Totto Chan, Langsung dari Tetsuko Kuroyanagi


Pernah mendengar atau mengetahui ‘Totto chan’?

Nama tokoh dalam sebuah novel ini begitu populer beberapa tahun lalu, setelah novel tersebut dialihbahasakan ke Bahasa Indonesia. Judul novelnya adalah Totto chan: Gadis Cilik di Jendela. Sampul bukunya, meskipun sudah beberapa kali cetak ulang dan mengalami beberapa pergantian desain, tetap berwarna merah muda dengan gambar seorang anak perempuan mengenakan rok dan topi bulat lebar. Di Jepang, buku ini disebut-sebut sebagai buku yang menempati peringkat satu dengan penjualan tertinggi, yaitu 5.810.000 eksemplar.

Saya pernah membaca novel ini. Namun taksampai tamat, hanya beberapa bab awal saja. Keputusan saya untuk menutup dan mengembalikan buku tersebut—iya, bukunya bukan milik saya sendiri—pun sederhana saja: ceritanya terlalu berlebihan. Bagi saya, dalam kehidupan nyata mustahil ada bocah seajaib Totto chan, dan guru sesabar Pak Kobayashi.

Kalau saya lanjutkan membaca bukunya, saya hanya menjadi korban bualan si penulis buku.

Begitu pikir saya.

*****

Nippon TV—yang sering disingkat NTV, sebuah stasiun teve Jepang, memiliki gelaran akbar tahunan yang cukup terkenal: 24 jikan terebi alias siaran teve 24 jam. Dihelat sejak tahun 1978, acara ini merupakan gerakan amal yang bertujuan untuk mengumpulkan donasi dari masyarakat, kemudian disalurkan untuk berbagai kegiatan. Pada gelaran ke-40 di tahun 2017 ini, sampai akhir acara pada tanggal 27 Agustus 2017, terkumpul donasi sejumlah 129.020.958 yen.

Durasi siaran langsung selama 24 jam memberikan keseruan tersendiri, sebab ada banyak sekali rangkaian program yang dipersiapkan, yang didukung oleh penampilan banyak pesohor: pelaku seni peran, atlet, komedian, seniman, penyiar teve, bahkan politisi. Salah satu mata acara yang ditayangkan kali ini adalah pagelaran busana yang dirancang oleh para mahasiswa dari salah satu akademi mode di Tokyo. Busana yang kemudian akan dikenakan oleh beberapa pengisi acara ini, merupakan hasil desain ulang atas gaun-gaun milik Tetsuko Kuroyanagi.

Beberapa bulan sebelumnya, Tetsuko, yang berusia 84 tahun, datang sebagai ‘pengajar spesial’ di kelas mahasiswa akademi mode tersebut. Sesi khusus rupanya dipersiapkan oleh pengajar spesial ini: sesi tanya jawab tentang kegamangan atau apapun yang membuat para mahasiswa galau.

Tetsuko mempersilakan mahasiswanya untuk bertanya. Beberapa mengangkat tangan tinggi-tinggi, seakan berebutan agar ditunjuk.

Setelah diberi kesempatan, seorang mahasiswa mengutarakan, “Saya agak tidak percaya diri, terlebih ketika saya mulai membandingkan karya saya dengan karya orang lain. Kalau sudah begitu, saya menjadi kecil hati dan minder.”

Tetsuko mengangguk, dan langsung menjawab, “Membandingkan diri sendiri dengan orang lain adalah suatu masalah besar, dan menurut saya bukanlah hal yang bijaksana. Sesungguhnya komparasi merupakan sesuatu yang paling membosankan.”

Pembawa acara menyela Tetsuko, “apakah Anda memiliki pengalaman saat kecil yang membuat Anda berpikir demikian?”

“Jelas,” jawab Tetsuko lugas, “saya yakin tak ada seorang pun yang pernah DO saat kelas 1 SD. Saya keluar dari sekolah setelah tiga bulan masuk SD.”

Tahun 1940, saat baru masuk sekolah, Tetsuko dikenal sebagai bocah yang nakal. Ini sebab ia sering membuka-menutup tutup meja di tengah pelajaran berlangsung, ataupun memanggil grup orkestra jalanan ke dalam kelas dan malah turut serta berjoget bersama. Tak ayal, tiga bulan setelah masuk SD, ia di-DO dari sekolahnya. Namun baginya, hal tersebut merupakan suatu titik balik yang besar.

“Di sekolahnya yang baru, Totto chan bertemu dengan guru yang sangat luar biasa. Barangkali, kalau saat itu Totto chan tidak bertemu dengan Pak Guru Kobayashi, saya tidak akan berada di posisi ini hari ini.”

Sampai pada titik ini, saya masih belum menemukan korelasi antara Tetsuko, si pencerita, dengan Totto chan.

Sekolah baru Totto chan bernama Sekolah Tomoe, yang ruang kelasnya dibuat dari gerbong kereta yang taklagi digunakan. Takketinggalan, foto ruang kelas saat itu pun ditayangkan di teve. Juga, foto Tetsuko bersama kawan-kawannya dan Pak Guru Kobayashi, yang juga merupakan Kepala Sekolah Tomoe. Di hari pertama sekolah, Pak Guru Kobayashi mendengarkan Tetsuko yang bercerita selama empat jam penuh. Sekolah ini sangat mengutamakan karakter siswanya: tempat duduk dapat dipilih sesuka hati, tak ada pembagian jam pelajaran yang kaku, tiap pagi pelajaran dimulai dengan siswa yang dapat memilih sendiri tema belajarnya dari beberapa hal yang dituliskan oleh guru di papan tulis. Siang harinya, jam belajar diisi dengan berjalan-jalan.

Senakal apapun Tetsuko, Pak Guru Kobayashi tak pernah marah. Ia hanya terus mengulang sebuah kalimat.

Tetsuko mengenang, “setiap kali bertemu, beliau selalu berkata pada saya, ‘kamu anak baik.’ Bagi saya, itu sungguh merupakan ungkapan bahwa karakter, bagi manusia, merupakan sesuatu yang lebih penting daripada apapun. Bahwa itulah yang harus dikedepankan. Pemahaman itu timbul sejak saya bertemu Pak Kobayashi. Sungguh saya merasa beruntung pernah bertemu beliau. Seseorang pasti memiliki keistimewaan, apapun itu. Kitalah yang menciptakan dunia kita.”
Sembari menunjuk mahasiswa penanya, Tetsuko berkata, “selama kau masih bisa tersenyum, tak ada masalah.”

*****

Saya mengulangi beberapa kali tayangan hasil unduhan dari internet ini. Beberapa menit sesudahnya, barulah saya memahami bahwa si pencerita kali ini, Tetsuko, adalah pelaku langsung kisah tersebut. Totto chan adalah nama kecil Tetsuko (saya tidak begitu ingat apakah ini ada dalam novel atau tidak). Hal-hal yang menurut saya terlalu mustahil ada dalam novel, ternyata benar adanya. Tentu setelah melihat foto-foto yang ditampilkan, saya menjadi lebih memercayai kisah Totto chan.

Pak Guru Kobayashi dan Totto chan, mereka berdua luar biasa. Dibutuhkan ketelatenan yang luar biasa untuk dapat menanamkan suatu prinsip hidup kepada seorang anak; serta diperlukan keteguhan yang tak kalah besar untuk memegang sebuah prinsip hidup sampai seorang anak menjadi dewasa.








Ya Tuhan semoga saya punya keinginan untuk belajar olah gambar >.<

0 comments:

Post a Comment