Tuesday, April 17, 2012

Aku Tahu Apa yang Kau Rindukan


Aku tahu apa yang kau rindukan. Memang kau tak pernah mengungkapkannya langsung kepadaku, tetapi aku tahu. Bukan karena aku memiliki indera kesekian atau intuisi yang tajam dan akurat sehingga bisa tahu yang kau rindukan. Bukan juga karena aku pernah bertanya pada semacam orang pintar yang, ah, bahkan aku pun tak percaya bahwa mereka se’pintar’ itu sehingga disebut orang pintar.

Kau merindukan apa yang kau sebut hidup. Bukan nyawa, tapi hidup. Lama kau tak melakukan apa yang menjadi hidupmu, makanya kau menjadi tak hidup. Seakan mati. Tak pernah bergairah dan bersemangat. Kau benar-benar kehilangan hidupmu. Semangatmu. Cahayamu.


Kau tahu kau merindukan hidup itu. Dan aku juga tahu itu. Kau rindu terburu-buru mencari kertas dan alat tulis atau ponsel pintar atau komputer jinjingmu ketika selintas ide tiba-tiba menghampirimu dan singgah di kepalamu. Aku ingat, sekali waktu kau bahkan pernah menulis di atas tisu karena tak menemukan kertas dan kau lupa dimana ponsel pintar dan komputer jinjingmu berada.


Kau rindu menyalakan komputer jinjing kesayanganmu untuk mengetik, aku tak yakin apakah kau menulis cerita atau puisi atau keduanya atau yang lain, dan mengedit tulisanmu. Sambil biasanya kau memutar lagu-lagu kesayanganmu, yang jumlahnya ada 99 itu. Seingatku kau tak pernah mengganti lagu-lagu di playlist itu. Kau hanya mengatur ulang susunannya dan memainkannya dengan mode acak. 


Aku tahu kau rindu semua itu. Dan aku juga tahu bahwa kau ingin mendapatkan hidupmu kembali. Hanya saja, katamu, kau tak tahu bagaimana caranya. 


Bahkan setelah kau berdiskusi ringan dengan seorang kawanmu yang lebih banyak menulis dan lebih beruntung karena banyak tulisannya yang terbit di media massa, kau tak juga tahu bagaimana caranya untuk meraih hidupmu kembali. Mungkin ada sekat tipis antara kau dan hidupmu tadi. Atau sekat itu tak lagi tipis, tapi sudah sangat tebal sehingga kau kesulitan melihat hidupmu dan kesulitan menembus sekat tebal tersebut.


Aku tahu apa yang kau rindukan, dan aku tahu apa yang kurindukan.


Aku merindukanmu. Merindukan dirimu yang dulu. Yang bersemangat, bercahaya, dengan mata yang berkilat-kilat cerdas ketika berdiskusi.
Yang sehat. Tak memerlukan selang-selang aneh yang tumpang tindih di tubuhmu saat ini. Tak memerlukan tempat aneh dengan bau obat macam ini.
Yang juga merindukanku. Bukan begitu, Tom?
 

0 comments:

Post a Comment