Wednesday, March 28, 2012

Transformasi Kala Masa Transisi




Status saya udah bener-bener resmi BUKAN mahasiswa.

Oke, sebenernya emang sudah dari 30 September 2011 sih, waktu yudisium di kampus. Tapi berhubung belum kunjung masuk dunia kerja, jadi ya masih terasa nggantung. Antara mahasiswa, pengangguran, dan pegawai. Dan saya memilih merasa masih mahasiswa *pilihan bebas sih, jadi kalem aja :p*.

Sampai 29 Februari 2012 lalu.

Saat itu jadwal lapor instansi. Sebagai pegawai baru yang baik, saya lapor dong. Bareng-bareng tuh sama 82 orang lainnya yang satu instansi dengan saya. Tapi sebenernya hari itu pun saya belum dapat feel sebagai pegawai. Kenapa? Karena kami, 83 orang, dulunya sekampus. Karena saat itu dresscode nya adalah putih-hitam, dan putih-hitam adalah pakaian keseharian di kampus juga. Karena saat itu kami sudah lama tak saling bertemu, jadi banyak diisi dengan ngobrol sesama kawan. Dan semua alasan tadi membuat saya merasa saat itu saya masih mahasiswa, belum menjadi pegawai.

5 Maret 2012. Hari pertama masuk kerja, secara resmi. Belum ada kontrak kinerja, jadi masih belum jelas apa tugas saya. Saya cuma rajin tanya ke kasubbag dan pegawai lain, apa ada yang bisa saya lakukan. Dan hari itu saya nggak begitu banyak kerja. Mungkin dari jam kerja yang sejak pukul 07.30 sampai 17.00, saya cuma kerja nggak lebih dari 4 jam. Dan hal itu membuat saya masih belum sepenuhnya percaya bahwa saya sudah masuk dunia kerja. Bahwa status saya sudah pegawai. Bahwa Kartu Tanda Mahasiswa saya sudah tak berlaku lagi. Bahwa saya bukan lagi mahasiswa.

That's what people called transition.

Transisi.

Atau peralihan? Pancaroba?

Apapun lah, selama intinya sama.

Masa transisi adalah masa yang cukup berat. Masa dimana lingkungan berubah. Dan agar kita cocok dengan lingkungan tersebut, maka kita juga harus berubah. Bertransisi. Bertransformasi. Menjadi pribadi yang baru. Tentu tak bisa instan. Mungkin perlahan dan bertahap. Adaptasi butuh waktu, bukan?

Mutlak. Yang mutlak berubah dalam masa transisi tersebut adalah kita. Bukan lingkungan sekitar, bukan orang lain. Sungguh mustahil mengharapkan lingkungan berubah demi menyesuaikan dengan pribadi kita. Ini sih ibarat ... apa ya? Coba deh cari pengibaratan yang cocok. Haha.

Jadi dalam masa transisi kita harus bertransformasi. Ada kata harus di kalimat barusan. Karena ya memang harus. Toh, sadar atau tidak, transformasi tersebut untuk kebaikan kita sendiri. Kita juga yang akan menuai hasil dari transformasi tersebut. Rasakanlah diri yang menjadi semakin dewasa dalam berpikir, berucap, dan bertindak. Rasakanlah lingkungan yang semakin membuka tangan dan hati untuk keberadaan kita. Rasakanlah bahwa kita yang membutuhkan transformasi tersebut.

Transformasi kala masa transisi. Sebuah adaptasi sekaligus akselerasi diri agar kita mampu berjalan bahkan berlari sejajar dengan lingkungan sekitar. Sebuah fakta yang menyadarkan, bahwa untuk menjadi lebih baik memang harus diri kita sendirilah yang bergerak dan berubah.

Salam mahasiswa!!! *eh*




Lantai 9 gedung D*****a
Rabu, 28 Maret 2012

Salam,
Wahyu Widyaningrum






0 comments:

Post a Comment