Monday, April 4, 2011

Upaya Menyatroni Bulakan: Sebuah Aksi Sosial

Sabtu pagi. Ada yang berbeda dengan kawasan Bulakan, Pondok Ranji, hari itu. Tak biasanya musala sudah dipenuhi oleh anak-anak. Biasanya, hari Sabtu memang mereka belajar bersama kakak-kakak dari Komunitas Pondok Matahari, tapi baru dimulai pukul 13.00. Sedangkan sepagi itu, dengan penuh semangat mereka berdatangan dengan pakaian mereka yang –bisa dibilang—seadanya. Beberapa anak mengatakan, mereka sudah mandi sejak pukul 05.00 demi acara hari itu, saking semangatnya –saya tak tahu apakah informasi ini benar, tapi anggap saja begitu—.

Tak biasanya pula musala dipasangi hiasan dari kertas crepe berwarna-warni. Di beberapa bagian dinding dipasangi hiasan berbentuk anak bergandengan tangan berwarna biru muda dan merah. Di dinding bagian atas dipasangi hiasan serupa jalinan rantai yang terbuat dari bahan yang sama.

Saya sendiri baru datang sekitar pukul 08.30. Rupanya saya kalah cepat dengan anak-anak itu. Mereka sudah datang terlebih dahulu dari saya.

Hari itu, Sabtu 2 April 2011, warga Bulakan ‘disatroni’ oleh dua komunitas yang bekerja sama menyelenggarakan Hari Sehat Ceria (HSC). Dua komunitas tersebut adalah Komunitas Menara (KM) dan Komunitas Pondok Matahari (KPM).

Pada rangkaian acara pembukaan yang dimulai pukul 08.45, anak-anak diberi kesempatan menyanyikan lagu Indonesia Raya, memeragakan senam mencuci, malafalkan ikrar, dan doa selesai mengaji. Sambil menyimak kawan-kawannya maju di depan, mereka minum susu yang telah diberi sebelumnya oleh panitia.


Laskar KaosHitam ini membaca ikrar

Sekitar pukul 09.30, acara inti yang berupa berbagai perlombaan dimulai. Seluruh lomba dilakukan di kawasan musala. Ada lomba merangkai puzzle, menggambar, hafalan surat pendek Al Quran, dan lomba keterampilan. Seorang anak hanya boleh mengikuti satu macam lomba. Oiya, lomba puzzle ditujukan untuk anak berusia 3-4 tahun. Sedangkan lomba menggambar dibagi menjadi dua kategori, yaitu kategori usia 5-6 tahun dan 7-8 tahun. Untuk lomba hafalan, yang boleh mengikuti adalah yang berusia 9-10 tahun. Sedangkan lomba keterampilan boleh diikuti oleh yang berusia 11-12 tahun.

Lomba menyusun puzzle


Lomba menggambar

Sebenarnya, rentang waktu lomba adalah dari pukul 09.30 sampai 10.30. Tapi mungkin anak-anak Bulakan ini terlalu pandai, sehingga belum satu jam mereka sudah menyelesaikan semua lomba.

Ah, iya. Selain lomba, ada acara inti lainnya yang digelar di luar musala, yaitu bazar dan penyuluhan untuk ibu-ibu. Dalam bazar kali itu dijual berbagai macam pakaian dengan harga Rp 1.000 sampai Rp 10.000. Beberapa orang warga pulang sambil membawa dua kantong penuh berisi pakaian, entah berapa potong dan berapa rupiah. Bazar berjalan lancar, tapi tidak dengan penyuluhan. Penyuluhan terpaksa batal, karena ada kesalahpahaman dari penyuluh sendiri yang merupakan pihak luar.

Suasana bazar

-kembali ke rangkaian lomba-
Seusai lomba, sambil menunggu kakak-kakak dari KPM menilai dan menentukan juara dari tiap lomba, digelar acara dongeng. Pendongengnya adalah Kak Ucon. Tawa tak henti terdengar dari mulut-mulut anak Bulakan. Bahkan saya pun tertawa melihat gaya mendongeng Kak Ucon. Lucu.

Inilah yang namanya Kak Ucon

Seusai acara dongeng yang luar biasa, saatnya pengumuman pemenang dan penyerahan hadiah. Setiap orang yang menang memperoleh hadiah berupa tas sekolah.

Untuk anak yang sudah besar, tas sekolahnya warna hitam. Yang kecil, tas sekolahnya warna kuning




Ada kisah dari pemenang lomba menggambar kategori usia 7-8 tahun ini. Pemenang pertama, di sebelah kanan gambar di atas, bernama Karna. Usianya 11 tahun, tapi diperbolehkan mengikuti lomba gambar. Karna adalah seorang tuna rungu dan tuna wicara. Ketika ditawari ikut lomba menggambar, Karna dengan mantap langsung mengangguk cepat. Dan dengan usahanya, ia berhasil menang di lomba tersebut.

Inilah Karna


Bagaimana dengan yang tidak menang lomba? Tenang, mereka tetap mendapatkan sebuah goody bag. Goody bag ini—seingat saya— berisi wafer, susu, roti, tempat pensil dan alat tulis, buku tulis, dan buku gambar.

Yeaayyy...! Tiap anak mendapat goody bag


Hari itu, Bulakan menjelma menjadi sebuah kawasan yang diliputi keceriaan.



Semoga keceriaan tak pernah luput dari Bulakan. Semoga hadiah-hadiah yang diberikan dapat bermanfaat bagi mereka. Semoga HSC dapat diselenggarakan di tempat-tempat lain. Dan semoga semakin banyak yang berbuat demikian untuk seluruh masyarakat yang kurang mampu.

Mari ikhlas berbagi, karena berbagi tak pernah rugi.


Salam,
Wahyu Widyaningrum

Photo credit to Mbak Lis

2 comments:

  1. yap, berbagi bukan berarti apa yang kita miliki berkurang.....
    keep blogging....
    tulisannya berbobot =)

    ReplyDelete
  2. Betul, Tuhan pun menjanjikan demikian.
    Yup, makasih sudah berkunjung :)

    ReplyDelete