Kita, apapun dan bagaimanapun, tentu memiliki mimpi. Tentang apa yang ingin kita capai, tentang apa yang ingin kita peroleh, dan tentang bagaimana hidup kita selanjutnya. Yang aku inginkan adalah, selama kita tidak bertemu, marilah kita berusaha melakukan apapun—ingat, apapun!—untuk menggapai mimpi-mimpi kita itu. Jika ada tembok menghalangi kita dan mimpi kita, setebal apapun tembok itu, dobrak saja terus. Sampai habis energi kita, sampai tak bersisa lagi seluruh tenaga kita, dan sampai hanya harapan kita yang belum habis. Nanti pada saatnya, tembok itu akan runtuh karena kerasnya dobrakan kita dan tingginya harapan yang tersisa tadi. Di balik tembok itu, mari kita menikmati emas dan makanan, seperti dalam game Mario Bross yang sering kita mainkan dulu.
Ketika kita bertemu lagi, entah kapan, mari kita bercengkerama bersama. Mengobrol, bercerita tentang apa saja pencapaian kita dan bagaimana nasib mimpi-mimpi kita: apakah sudah terwujud atau belum. Bukan untuk saling sombong, saling pongah, saling meninggikan gengsi atau yang lain. Bukan itu. Hanya semata bukti, bahwa mimpi, sebagaimanapun tingginya, jika dibarengi dengan usaha dan doa yang tak kenal putus, maka insya Allah akan tercapai. Hanya semata kenangan, bahwa kita pernah sama-sama bermimpi, kita pernah sama-sama menderita demi mimpi itu, dan akhirnya kita sama-sama mencapai apa yang kita mimpikan.
Ketika nanti kita bertemu dengan segudang pencapaian atas mimpi kita yang terdahulu, mari kita menyusun mimpi-mimpi baru. Biarkan diri kita terus merangkai dan menyambung mimpi, biarkan diri kita terus berkembang. Biar nanti, tujuan kita tercapai. Sebuah tujuan akhir hidup kita: kita ingin dikenang sebagai apa.
Salam,
Wahyu Widyaningrum
Monday, March 28, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment