Monday, December 6, 2010

Menuliskan Mimpi

Baru saja saya membaca ulang beberapa tulisan di salah satu subfolder di komputer saya. Ah, sebenarnya saya berniat belajar akuntansi pemerintahan kali ini. Namun tujuan lain memaksa saya untuk menyalakan komputer. Karena hanya sebentar dan saya kasihan pada si komputer yang login dan logoffnya lama, jadi ya saya buka-buka beberapa file dulu *ngeles, padahal aslinya males belajar*.

Nah, tulisan dengan nama file intermezzo cukup menggelitik ingatan saya. Tempo hari, kelas kami didatangi seorang dosen akuntansi perpajakan. Beliau lulusan kampus ini, tapi baru mengajar di semester ini. Nama beliau bapak Mansyur.

Nah, beliau bercerita di sela-sela pengantar akuntansi perpajakan. Kira-kira cerita beliau begini. Saya buat narasi saja, supaya tidak usah membuat kalimat langsung.

Suatu hari ketika sedang kuliah di kampus yang sama namun level berbeda (ketika itu beliau memperoleh mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia), seorang dosen menyuruh mahasiswanya untuk mengambil selembar kertas. Lantas, beliau meminta untuk menuliskan ingin menjadi apa mereka lima tahun yang akan datang.

Dosen saya, pak Mansyur, ingat beberapa hal yang dituliskan teman-temannya. Beberapa di antaranya adalah ingin memiliki kantor akuntan publik dan konsultan pajak, menjadi walikota, menikah lagi, dan menjadi menteri keuangan *berhubung ingatan saya rada payah, maaf kalo ada yang salah. hehe*.

Lantas, beliau bercerita lebih lanjut, bahwa lima tahun kemudian semuanya terwujud. Si pemimpi pemilik kantor akuntan publik dan konsultan pajak benar-benar memilikinya. Pelakunya tak lain adalah dosen saya sendiri. Sekarang beliau masih menjadi akuntan publik dan konsultan pajak.

Kemudian, si pemimpi walikota, saat ini menjabat ketua DPRD kota untuk periode ketiga. Barangkali periode berikutnya beliau akan menjadi walikota. Si pemimpi menikah lagi, menurut dosen saya, sekarang telah memiliki dua orang istri. Dan yang ingin menjadi menteri keuangan, adalah orang pertama dalam angkatan dosen saya yang diangkat menjadi eselon 3.

Sebenarnya dosen saya memberi contoh lebih banyak dari ini, namun saya sendiri kurang begitu baik mengingatnya ternyata *eh? saya kan sudah bilang ya?*.

Poin penting yang ingin beliau sampaikan dari cerita ini adalah, sebaiknya masing-masing orang menuliskan mimpi-mimpinya. Disertai target kapan itu harus tercapai. Menurut beliau, mimpi yang ditulis lebih besar kemungkinannya untuk tercapai daripada yang hanya diawang-awang dan tidak dituliskan.


Kalo saya sih, pengennya jadi orang yang selalu menulis. Gitu lah. Hehe

Jadi, apa mimpi kamu? Jangan lupa ditulis ya :)



Salam,

Wahyu Widyaningrum

0 comments:

Post a Comment