Judul buku : Dataran Tortilla (Judul Asli: Tortilla Flat)
Penulis : John Steinbeck
Penerjemah :
Djokolelono
Penerbit :
KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Tahun :
2016
Tebal :
219 halaman
Krisis ekonomi besar yang melanda Amerika Serikat, dan
kemudian meluas ke seluruh dunia, pada rentang tahun 1929 hingga 1939 memberi pengaruh
luar biasa di segala bidang. Krisis yang sering disebut dengan istilah Depresi
Besar itu menyebabkan harga saham jatuh bebas, PDB turun, tingkat pengangguran
meningkat, dan jumlah tunawisma membludak.
Novel Dataran Tortilla terbit pada tahun 1935, ketika
Depresi Besar tengah berlangsung. John Steinbeck, yang memperoleh Hadiah Nobel
Sastra pada tahun 1962 “atas karyanya yang realistis dan imajinatif, yang
memadukan humor dan kritik sosial yang tajam”, tampaknya betul-betul berusaha menyajikan
humor ringan sebagai oase di tengah krisis melalui karyanya ini.
Novel ini bercerita tentang Danny dan beberapa
kawannya—Pilon, Pablo, Jesus Maria, Si Bajak Laut, dan Big Joe—, serta
kehidupan yang melingkupi mereka di sebuah rumah di wilayah bernama Dataran
Tortilla di Monterey, California. Danny dan kawan-kawannya adalah paisano:
kaum dengan darah campuran Spanyol, Indian, Meksiko, dan berbagai ras kulit
putih Eropa. Kehidupan mereka sungguh ringan, polos, tanpa beban, seringkali
hangat, minim target, dan tidak begitu memusingkan uang. Kalaupun ada satu
barang yang harus hadir dalam tiap embusan nafas mereka, itu adalah anggur.
Mereka bahkan lebih memilih menghabiskan uang untuk membeli anggur daripada
menggunakannya untuk membayar uang muka agar layanan perusahaan air minum bisa
sampai ke tempat tinggal mereka (halaman 11). Bersama-sama mereka menghadapi
masalah yang datang, saling berdiskusi, bercerita, dan bahu-membahu dengan cara
masing-masing yang menimbulkan humor dan tawa—tentu kadangkala mereka sedikit saling
berbohong dan berseteru satu sama lain.
Suatu ketika, terjadi perubahan drastis pada sikap
Danny yang membuat hidupnya berakhir, meskipun kawan-kawannya berusaha sekuat
tenaga mencegahnya. Setelah upacara penguburan Danny usai, rumah mereka—rumah
milik Danny yang ditinggali bersama—, yang menjadi jimat pemersatu pertemanan
dan atap pelindung tempat mereka menghabiskan hari dengan tidur dan minum
anggur, pada akhirnya juga hangus; habis tak berwujud menyusul pemiliknya yang
juga telah berpulang. Ketiadaan jimat pemersatu tersebut membuat kawan-kawannya
berpisah, pergi berpencar dengan tujuan masing-masing.
John Steinbeck menyematkan beberapa kalimat penghibur
agar pembacanya, barangkali, bisa sedikit lupa pada krisis ekonomi, misalnya “kebahagiaan
lebih baik daripada kekayaan” (halaman 94) serta “ada kacang polong berarti
selamat. Kacang polong merupakan atap pelindung perut, selimut hangat yang
menangkis dinginnya tekanan ekonomi.” (halaman 154). Selain itu, ada juga kalimat
yang diucapkan Danny, “senang sekali mempunyai banyak kawan. Dunia ini terasa
sunyi, bila tak ada kawan untuk diajak berbincang-bincang atau untuk
menghabiskan grappa.” (halaman 53).
Namun demikian, novel yang mengangkat nama John
Steinbeck ini bukannya bebas dari kontroversi. Dataran Torilla dianggap
rasis. Penggambaran kaum paisano melalui tokoh Danny dan kawan-kawannya
sebagai orang-orang pemalas, gemar minum, dan enggan berpikir jangka panjang
dianggap menimbulkan stereotip buruk dan melukai perasaan orang-orang Hispanik.
John Steinback memang telah meminta maaf atas hal tersebut dan menyebut
kebiasaan-kebiasaan tadi sebagai “suatu filosofi, dan tidak ada masalah atas hal
itu”. Pernyataan maaf itu dimuat di Dataran Tortilla yang diterbitkan
oleh penerbit Modern Library pada tahun 1937, tetapi tak lagi muncul pada
cetakan-cetakan selanjutnya.
**
John Steinbeck lahir pada tahun 1902 di Salinas,
California, tempat yang kelak akan menjadi latar bagi beberapa karyanya. Ia
wafat pada tahun 1968. Sepanjang hidupnya, ia kerap bermasalah dengan
kesehatannya, misalnya peradangan paru-paru pada usia 16, usus buntu pada usia
17, dan seterusnya: infeksi ginjal, operasi retina, stroke, serangan
jantung, dan cedera punggung. Penyakit-penyakit yang datang silih berganti itu
juga yang menjadi salah satu faktor yang meneguhkan niatnya untuk menjadi
penulis.
Karier menulis John Steinbeck dimulai pada tahun 1929
melalui novel debutnya, Cup of Gold. Ia juga menulis dua novel dan dua
kumpulan cerpen sebelum menerbitkan Dataran Tortilla, karya pertamanya
yang mendapat sambutan hangat dan mendulang kesuksesan. Sepanjang hidupnya, ia
telah menulis lebih dari 40 karya dan memenangi Hadiah Pulitzer (1940), Hadiah
Nobel Sastra (1962), dan United States Medal of Freedom (1964). Karya besar
yang melambungkan namanya adalah Of Mice and Men (1937), Amarah (The
Grapes of Wrath, 1939), dan Sebelah Timur Eden (East of Eden, 1952)—ketiganya
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
John Steinbeck adalah seorang pengarang jenius dengan
celanya sendiri. Dalam rangka memperingati 50 tahun kematiannya, surat kabar harian
asal Inggris, The Independent, pernah memuat artikel panjang tentang betapa unik
dan kontroversialnya penulis ini. Salah satu anekdot yang diangkat adalah
ketika ia ditanyai oleh seorang kawannya dari Vietnam tentang motto hidupnya,
dan ia menjawab, “jangan beralasan. Jangan biarkan orang-orang melihatmu
menderita. Jangan pernah terpisah dari barang-barangmu. Selalu cari tahu pukul
berapa bar mulai buka.” Keunikan pribadinya itu pula yang mungkin membuatnya
mampu memotret kondisi zaman serta menyusun penokohan dan jalan cerita luar
biasa atas kisah-kisah sederhana yang ia tulis. Karya-karyanya lalu diganjar berbagai
penghargaan, termasuk Hadiah Nobel Sastra, dan terus diminati oleh para
penikmat sastra selama hampir seabad ini.
0 comments:
Post a Comment