Ternyata aku memiliki saudara kembar, dan hal itu baru
kuketahui beberapa bulan setelah aku masuk SD. Saat itu aku sedang sendirian di
teras, menghitung kelopak bunga melati yang kupetik dari pohon di depan rumah.
Tiba-tiba saja ia sudah ada di hadapanku dan memandangku sampai aku merasa
bahwa aku sedang berada di depan cermin.
Kami memiliki wajah, tinggi badan, bentuk tubuh, dan tanda
lahir yang sama. Aku punya tahi lalat di telapak tangan dan di bahu, dan dia
juga memilikinya. Kami kembar identik. Lebih identik dari saudara kembar
manapun.
Tapi kami tidak lahir dari ibu yang sama. Orang yang
kupanggil ibu adalah seorang wanita dengan kulit kuning, tinggi badan sedang,
dan wajah cantik. Sedangkan ia, kembaranku, memanggil ibu kepada seorang wanita
yang berkulit agak gelap dan berwajah manis.
Kami lahir di jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun yang
sama. Senin pahing pukul 09.59. Namun karena ibu kami berbeda, kami lahir di
rumah sakit yang berbeda. Atau mungkin kembaranku bahkan tidak lahir di rumah
sakit. Bisa jadi ibunya melahirkannya di tempat praktik seorang bidan di dekat
rumahnya. Aku tak pernah bertanya tentang ini kepadanya, tapi sekali waktu
ibuku pernah bercerita padaku bahwa pada Senin pahing itu, hanya ia yang
melahirkan di rumah sakit itu. Tidak ada ibu-ibu lainnya.
Kami memiliki kebiasaan dan karakter yang sama. Kami mudah
disenangkan oleh hal-hal sederhana dan mungkin terlihat bodoh bagi orang lain,
seperti stiker, kertas surat, amplop, dan kartu dengan gambar dan bentuk unik;
replika bendera negara-negara di dunia; prangko berseri; dan semangka. Ketika
ada lelaki yang dekat dengan kami, kami mudah jatuh cinta—dan kami selalu jatuh
cinta pada lelaki yang sama—, namun sulit untuk bangun lagi meskipun kami tahu
lelaki itu tidak mencintai salah satu dari kami. Dan bagi kami berdua, mal
adalah tempat yang menyebalkan. Kami sepakat tentang hal tersebut dan tidak
pernah pergi ke mal manapun dalam tiga bulan terakhir.
--
Kemarin, setelah berpisah cukup lama, kami bertemu di pesta seorang teman. Baik temanku maupun temannya tidak ada seorang pun yang
menyadari bahwa kami adalah kembar identik. Hanya kami berdua yang mengetahui
hal itu, dan tidak ada seorang pun dari kami yang berminat untuk
menceritakannya pada orang lain. Karena pasti ada banyak pertanyaan panjang
yang sama dan membosankan dari semua orang.
Kami kembar identik. Tapi karena dibesarkan oleh ibu yang
berbeda, ada satu hal yang membuat kami tidak tampak identik. Celana kargo dan
jaket adalah segalanya untukku. Namun baginya, ia tak pantas keluar rumah tanpa
rok, bedak, dan pemerah bibir.
Tapi selain pakaian, sebenarnya sejak dulu aku merasa kami
memiliki satu lagi perbedaan. Dan kemarin, setelah melihat lekat-lekat, aku
mengerti apa yang membuat kami tidak tampak identik: senyumnya palsu.
Pic from http://www.deviantart.com/art/MMD-NJXA-Purple-twin-tie-with-crown-Download-334571581
Yes, I think i'm genius at faking smiles.
160913
0 comments:
Post a Comment