Monday, May 2, 2011

Aku (Tidak) Suka Menulis

Aku tidak suka menulis.

Menonton serial drama Jepang atau Korea lebih menyenangkan. Jang Geun Seok, Lee Min Ho, Kim Bum, dan Tomohisa Yamashita sangat memukau ketika berakting—atau aku terbius oleh tampang mereka, bukan akting mereka? Entahlah—. Jalan cerita yang terkadang berlebihan dan berlawanan dengan realita tetap menarik untuk ditonton. Menghabiskan waktu bersama serial drama selalu kusukai, dan memang aku selalu sedemikian suka. Menonton serial drama Jepang atau Korea lebih menyenangkan daripada menulis.

Aku tidak suka menulis.

Tidur lebih menyenangkan. Ia menjadi obat yang sangat pas ketika aku lelah beraktivitas, ketika aku malas menyalakan komputer untuk menonton serial drama, atau ketika aku merasa memang harus tidur. Aku menjadi lupa segalanya ketika tidur, maka aku menyukainya. Sekejap saja, beberapa jam telah kuhabiskan dengan kegiatan ini. Tidur lebih menyenangkan daripada menulis.

Aku tidak suka menulis.

Menonton televisi lebih menyenangkan. Berita tidak penting selalu menarik untuk diikuti. Tidak terlalu menarik sebetulnya, namun memang tak ada pilihan tayangan lain yang lebih pantas untuk diikuti. Briptu norman, teror bom, NII KW 9, dan William-Kate memaksa pemirsa, termasuk aku, untuk setia di depan televisi. Tidak terlalu setia sih, tapi ya aku cukup mengikuti perkembangan lah. Sambil menjejali otakku dengan berita-berita aneh namun disiarkan terus-terusan itu, aku bisa menghabiskan waktu selama berjam-jam. Menonton televisi lebih menyenangkan daripada menulis.

Aku tidak suka menulis.

Membaca novel lebih menyenangkan. Konflik antara tokoh Astari, Satrijo, dan Hendrik dalam novel Bidik! lebih menarik untuk diikuti. Cerita rekaan ini menyita beratus-menit waktuku. Lomografi dan marketing komunikasi menyisipi pikiranku gara-gara buku cerita fiksi ini. Aku juga suka berkhayal menjadi tokoh ‘aku’ yang berpikir bahwa Bruno, dalam novel The History of Love, adalah tokoh nyata padahal ia tak lain hanyalah sesuatu yang tak pernah ada. Aku juga mereka-reka bagaimana hari tuaku esok, akankah sama jadinya dengan tokoh ‘aku’ tersebut. Membaca tak butuh banyak berpikir, jadi aku menyukainya. Membaca novel lebih menyenangkan daripada menulis.

Aku tidak suka menulis.

Mendengarkan lagu lebih menyenangkan. Album E.M.D, David Archuleta, dan OST Hwang Jin Yi sangat akrab di telingaku. Aku tak pernah bosan mendengarkan rangkaian lagu-lagu mereka, meskipun aku menyetelnya berulang-ulang. Apalagi dengan bernyanyi keras-keras mengikuti mereka, rasa-rasanya aku menjadi orang paling bebas dan bahagia sedunia. Aku suka itu. Mendengarkan lagu lebih menyenangkan daripada menulis.

Aku tidak suka menulis. Menulis butuh berpikir. Menulis butuh pengetahuan. Menulis butuh ide. Menulis butuh kemauan. Menulis butuh tekad. Menulis butuh waktu.

Aku tidak suka menulis. Maka aku mengingkari janjiku sendiri untuk menulis setidaknya satu cerpen atau satu tulisan setiap hari. Maka aku menjauh dari targetku mengirim naskah cerpen ke media massa setidaknya seminggu sekali. Maka aku menjauh dari mimpiku untuk meraih KLA 2012.

Aku tidak suka menulis. Tapi ketika aku menulis kalimat ‘aku tidak suka menulis’, aku mengingkari hatiku. Ketika menulis kalimat tersebut, aku berbohong pada cita-cita dan mimpiku. Ketika menulis kalimat tersebut, aku sadar bahwa aku adalah orang yang paling bodoh sedunia.


Sabtu, 30 April 2011. Pukul 18.28
Pojok kamar, ditemani Anywhere is Paradise – E.M.D


Salam,
Wahyu Widyaningrum

0 comments:

Post a Comment