Ketika menulis ini, perasaan saya adalah sedang malu. Tapi wajah saya tak memerah seperti tomat atau seperti wajah orang bule yang kepanasan kena terik matahari. Tak ada rona kemerahan di wajah saya, karena meskipun tengah malu, warna kulit wajah saya tetap seperti biasanya. Ya, tidak ada yang berubah.
Ketika menulis ini, perasaan saya adalah sedang sedih. Tapi saya tak menangis. Tidak ada air mata yang keluar menetes perlahan ataupun menderas dari kedua mata saya, juga tak ada ingus yang meler dari lubang hidung saya. Meskipun saya sedih, tapi saya tidak melepas kacamata lantaran basah terkena air mata—ketika menangis, bulu mata saya ikut basah dan itulah yang membuat kacamata saya juga ikut basah—(kalaupun saya melepas kacamata saat ini, itu karena mata saya lelah terlalu lama memandang layar komputer). Ya, tetap tidak ada yang berubah.
Ketika menulis ini, perasaan saya adalah sedang senang. Tapi saya tidak tertawa terbahak-bahak. Tidak tampak gigi geraham saya, karena saya memang tidak membuka mulut. Juga tak ada suara yang saya keluarkan karena tak ada tawa saat ini. Saya hanya tersenyum, tanpa membuka mulut dan tanpa suara. Senyum saya juga masih seperti biasanya. Ya, tetap saja tidak ada yang berubah.
Ketika menulis ini, perasaan saya adalah malu karena belum mampu berbuat ‘demikian’, sedih karena juga belum mampu berbuat ‘demikian’, dan senang karena ada seseorang yang mampu berbuat ‘demikian’.
Demikianlah perasaan saya ketika menulis ini.
Ruang Hidup, 6 Januari 2010
Salam,
Wahyu Widyaningrum
Thursday, January 6, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment