Halo. Apa kabar?
Sudah
berapa banyak hubungan pertemanan yang kamu jalin? Empat? Sembilan?
Ah,
tapi kan kamu bukan tipe orang yang sengaja datang kepada seseorang lalu
langsung mengangsurkan tangan dan berkata, “hai, maukah kau jadi temanku?” Duh,
membayangkannya saja saya jadi tertawa. Wajahmu tak cocok untuk melakukan itu.
Kamu
selalu berkenalan dengan cara yang pelan. Kamu mendekat dengan lambat. Lalu
tiba-tiba sudah saling memanggil nama dan saling meminjam alat tulis. Atau
catatan.
Tentang
catatan ini, ada yang sedikit membuat saya sebal. Mungkin sebab itulah saya tak
mungkin bisa lupa.
Saat
pelajaran berlangsung, saya yang bebal otaknya ini harus merekamnya. Lewat tulisan. Bisa saja
saya tidak melakukannya, tetapi apa yang saya peroleh dari guru hari itu tak
akan bersisa pada keesokan harinya. Saya mencatat apapun yang disampaikan guru—kecuali
lawakannya yang garing—ke dalam buku, dengan tulisan tangan saya yang unik.
Buku
catatan saya ini, lantas sering sekali berpindah tangan kepada kamu, yang
dengan indahnya justru mendengkur di meja paling belakang. Tak jarang ia
kembali bahkan lima menit sebelum pertemuan berikutnya. Saya diamkan saja itu,
bukan karena saya tak kuasa meminta ia kembali darimu, tapi lebih karena saya
lelah menagih dan bosan mendengar alasanmu yang alpa membawanya kembali.
Terlebih,
angka-angka di lembar hasil penilaianmu selalu lebih tinggi daripada saya. Itu
yang paling berhasil membuat saya sebal.
***
Kadangkala
saya berpikir betapa enaknya menjadi kamu. Saya bertaruh, di sana kamu tak
harus bertemu manusia-manusia yang senang berbasa-basi dan hanya akan menghabiskan
waktumu. Lalu demi menyambut baik basa-basi itu, tak jarang beberapa topeng
harus dipasang. Bahkan muak pada basa-basi juga akan membuat seseorang lihai pula dalam berbasa-basi. Begitu terus sampai air bisa mengalir dari laut ke
gunung.
Apa
saja kegiatanmu di sana?
Jangan
merokok! Kata orang itu tak baik untuk kesehatan. Saya setuju dengan itu. Oh
tapi lebih karena saya tak suka dengan asapnya. Apakah di sana ada rokok? Kalaupun
ada, jangan dibeli! Jikalau teman barumu memberimu sebatang, bolehlah kau
terima. Terima saja, tapi jangan dibakar dan diisap. Berikan saja pada temanmu
yang lain. Semoga kamu mengerti.
Suatu
saat, saya akan berkunjung ke tempatmu.
Ketika saat itu tiba, apakah kamu ingin saya membawakan oleh-oleh untuk
kamu?
21 April 2018
0 comments:
Post a Comment