Bagaimana kebiasaan para penulis ketika di toko buku? Bagaimana mereka mengidentifikasikan diri mereka sebagai pembaca? Pertanyaan-pertanyaan itu kami ajukan langsung kepada penulis.
Topik 2:
Kegamangan Ketika Pembacaan Mandek dan Tidak Kunjung Berlanjut
(topik 1 dapat dibaca di sini)
Pertanyaan 1
Tanya:
Apakah ada
buku yang berkesan ketika Anda SMP?
Jawab:
Saat SMP
saya juga sering ke taman baca dan terkadang membaca novel remaja. Sampai
sekarang pun saya masih senang membaca Summer of Pearls karya penulis cerita
anak Saito Hiroshi. Ceritanya semacam kisah cinta selama musim panas, tokoh
utamanya seorang anak laki-laki yang diajari tentang dasar-dasar investasi saham
oleh abangnya. Kemudian di tengah-tengah ia berlatih simulasi saham, ia
terlibat dalam sebuah kisah cinta, dan ini berlanjut menjadi kisah yang sangat
menarik. Saya sarankan untuk membacanya.
Selanjutnya adalah
Ogiwara Noriko yang sudah punya beberapa karya, salah satunya adalah Red Data
Girl. Ia punya banyak pembaca setia. Bukunya berjudul Kore wa Kokuou no Kagi bercerita tentang anak perempuan yang berkelana ke dunia seribu satu malam,
bertemu dengan seseorang seperti pangeran, lalu mereka bertualang bersama. Saya
juga menemukan buku itu di ruang baca dan sangat menyukainya.
Kemudian
saya juga membaca buku yang sangat populer saat itu, Battle Royale. Saya
membaca novel yang dibaca bergantian oleh siswa-siswa di sekolah, tetapi saya
tidak merasa sebagai remaja penggila sastra.
Pertanyaan 2
Tanya:
Lalu apakah
Anda merasa ingin menjadi novelis setelah itu?
Jawab:
Saya suka
buku dan cerita. Sepertinya sejak masa-masa itu kadangkala terbersit pikiran, bahwa
saya ingin menulis sesuatu. Ada keterikatan, entah apa, terhadap cerita. Sampai
sekarang saya juga tidak tahu apa arti keterikatan itu. Saya orang yang
cenderung introvert, saya gugup jika bertemu orang lain, fisik saya juga lemah
karena punya asma dan eksim, tetapi saya punya rasa ingin tahu tentang manusia.
Di situlah saya merasa senang jika rasa ingin tahu saya terjawab dalam bentuk sebuah
cerita. Namun demikian, pembacaan saya sama sekali tidak berkembang. Itu cukup
membuat saya frustrasi.
Pertanyaan 3
Tanya:
Jadi Anda
suka buku tapi tidak bisa selesai membacanya?
Jawab:
Benar. Saya
betul-betul tidak tahu apa yang sebaiknya saya baca. Cerita-cerita yang muncul
di buku teks pelajaran bahasa Jepang juga terlalu sulit bagi saya. Tapi saya
senang memandangi buku latihan bahasa Jepang.
Pertanyaan 4
Tanya:
Mungkin akan
berbeda kalau Anda bertemu penerbit Aotori Bunko.
Jawab:
Pada
dasarnya saya orang yang konsentrasinya mudah terpecah. Ada banyak serial
anak-anak, seperti Zukkoke Sannin Gumi. Saya juga membacanya tetapi berhenti di
tengah jalan, lanjut baca lagi, tapi berhenti lagi. Saya juga sempat membaca cerita
anak yang sering dibaca oleh para penulis ketika mereka kecil, atau novel-novel
petualangan, tetapi kemudian saya justru merasa frustrasi.
Sebentar, jawaban
saya malah melenceng dari topik ‘jalan pembacaan’....
Pertanyaan 5
Tanya:
Pada
akhirnya Anda berhasil memenangi Penghargaan Sastra Akutagawa. Adakah
hal-hal di luar membaca yang Anda sukai
atau seriusi?
Jawab:
Ketika SD
saya sering bermain gim RPG. Menjelang ujian masuk SMP, saya fokus belajar dan
dilarang bermain gim selama masa ujian. Saat SMP saya anggota klub voli jadi
sering bermain voli. Kemudian saya juga belajar memainkan piano, meskipun tidak
piawai tetapi saya cukup sering memainkannya. Waktu SMP saya juga suka musik
J-Pop, saya sering pergi ke tempat karaoke untuk menaikkan peringkat lagunya di
tangga lagu Oricon. Saya rasa saya seperti anak SMP pada umumnya.
Pertanyaan 6
Tanya:
Tadi Anda
sampaikan bahwa Anda pernah terbersit pikiran untuk menulis sesuatu. Apakah
Anda juga pernah membayangkan sebuah cerita atau mencoba menuliskannya?
Jawab:
Sewaktu SMP
saya dan teman saya saling bertukar catatan. Awalnya saya menulis tulisan yang
ceritanya meniru-niru manga. Saat itu karena masih kanak-kanak, saya
merasa karya saya sangat orisinil, tetapi kalau sekarang diingat-ingat lagi, saya
hanya mengalihmediakan manga menjadi prosa saja. Saya seolah-olah
sedikit mencampuradukkan isi manga ala Shonen Jump dengan manga
romantis ... ya, cukup memalukan. Saya juga menambahkan gambar sendiri karena
saya suka manga. Betul, saya jadi malu sendiri (tertawa).
Pertanyaan 7
Tanya:
Apakah ada
kemungkinan catatan itu sekarang masih tersimpan di tempat teman Anda?
Jawab:
Sejujurnya,
catatan-catatan itu ada di rumah saya. Parah, ‘kan? Saya melihatnya
ketika pindah rumah beberapa tahun lalu. Tulisan bagian teman saya juga masih
ada, tapi kalau dibandingkan, punya saya sangat kekanak-kanakan, jauh dari kedewasaan.
Makanya tidak ada yang boleh melihatnya. Mungkin lebih baik saya bakar saja,
mumpung masih ingat.
Pertanyaan 8
Tanya:
Saya jadi makin
ingin melihatnya (tertawa). Apakah setelah itu Anda semakin berkeinginan
menjadi penulis?
Jawab:
Ketika SMA,
sudah timbul perasaan bahwa kalau memang bisa, saya ingin jadi penulis. Oh,
iya. Semenjak saya SD di kelas atas, mulai ramai drama televisi, saya cukup senang
menontonnya. Saya ingat suatu ketika sehabis mandi atau lainnya, saya sampai
berkata kepada ibu bahwa saya ingin menjadi aktor. Kalau dipikir-pikir lagi
sekarang, itu sangat mustahil. Pede sekali. Setelah itu saya ingin
menjadi orang yang ikut membuat drama khususnya menjadi penulis naskah, tapi
saya tidak tahu bagaimana cara menjadi penulis naskah. Sempat galau juga, apa
yang harus saya lakukan.
Oh ya, sewaktu
SD saya pernah membaca buku berjudul semacam Menjadi Penulis Naskah di taman
baca. Waktu itu juga saya ingin membuat skenario sendiri dari drama yang saya
rekam jadi saya memutar rekamannya dengan kecepatan pelan sekali, ternyata itu
semua tidak berhasil (tertawa). Lalu kira-kira ketika SMA saya sadar bahwa
mustahil saya menjadi penulis naskah, dan akhirnya bertekad menjadi novelis.
Pertanyaan 9
Tanya:
Mengenai
drama populer yang tadi Anda ceritakan, adakah drama yang spesifik?
Jawab:
Drama yang
paling awal saya ingat berjudul Houkago yang dimainkan oleh Mizuki Alisa dan
Ishida Issei. Ceritanya, kedua tokoh itu saling bertukar tubuh. Sepertinya ini
juga pengaruh ibu dan abang yang sering menontonnya di rumah. Waktu itu nenek
juga tinggal bersama kami, ia menyukai drama seperti Kayou Suspense Gekijou dan
Wataru Seken wa Oni Bakari, dan saya ingat tiba-tiba teve di rumah jadi menayangkan
drama bergenre seperti itu (suspense dan thriller, pen.).
**
Diterjemahkan dari artikel ini.
0 comments:
Post a Comment