Friday, May 8, 2020

Jalan Pembacaan Para Penulis - Machida Ryohei (Volume 2)

Bagaimana kebiasaan para penulis ketika di toko buku? Bagaimana mereka mengidentifikasikan diri mereka sebagai pembaca? Pertanyaan-pertanyaan itu kami ajukan langsung kepada penulis.

Topik 2: Kegamangan Ketika Pembacaan Mandek dan Tidak Kunjung Berlanjut
(topik 1 dapat dibaca di sini)



Pertanyaan 1
Tanya:
Apakah ada buku yang berkesan ketika Anda SMP?
Jawab:
Saat SMP saya juga sering ke taman baca dan terkadang membaca novel remaja. Sampai sekarang pun saya masih senang membaca Summer of Pearls karya penulis cerita anak Saito Hiroshi. Ceritanya semacam kisah cinta selama musim panas, tokoh utamanya seorang anak laki-laki yang diajari tentang dasar-dasar investasi saham oleh abangnya. Kemudian di tengah-tengah ia berlatih simulasi saham, ia terlibat dalam sebuah kisah cinta, dan ini berlanjut menjadi kisah yang sangat menarik. Saya sarankan untuk membacanya.
Selanjutnya adalah Ogiwara Noriko yang sudah punya beberapa karya, salah satunya adalah Red Data Girl. Ia punya banyak pembaca setia. Bukunya berjudul Kore wa Kokuou no Kagi bercerita tentang anak perempuan yang berkelana ke dunia seribu satu malam, bertemu dengan seseorang seperti pangeran, lalu mereka bertualang bersama. Saya juga menemukan buku itu di ruang baca dan sangat menyukainya.
Kemudian saya juga membaca buku yang sangat populer saat itu, Battle Royale. Saya membaca novel yang dibaca bergantian oleh siswa-siswa di sekolah, tetapi saya tidak merasa sebagai remaja penggila sastra.

Pertanyaan 2
Tanya:
Lalu apakah Anda merasa ingin menjadi novelis setelah itu?
Jawab:
Saya suka buku dan cerita. Sepertinya sejak masa-masa itu kadangkala terbersit pikiran, bahwa saya ingin menulis sesuatu. Ada keterikatan, entah apa, terhadap cerita. Sampai sekarang saya juga tidak tahu apa arti keterikatan itu. Saya orang yang cenderung introvert, saya gugup jika bertemu orang lain, fisik saya juga lemah karena punya asma dan eksim, tetapi saya punya rasa ingin tahu tentang manusia. Di situlah saya merasa senang jika rasa ingin tahu saya terjawab dalam bentuk sebuah cerita. Namun demikian, pembacaan saya sama sekali tidak berkembang. Itu cukup membuat saya frustrasi.

Pertanyaan 3
Tanya:
Jadi Anda suka buku tapi tidak bisa selesai membacanya?
Jawab:
Benar. Saya betul-betul tidak tahu apa yang sebaiknya saya baca. Cerita-cerita yang muncul di buku teks pelajaran bahasa Jepang juga terlalu sulit bagi saya. Tapi saya senang memandangi buku latihan bahasa Jepang.

Pertanyaan 4
Tanya:
Mungkin akan berbeda kalau Anda bertemu penerbit Aotori Bunko.
Jawab:
Pada dasarnya saya orang yang konsentrasinya mudah terpecah. Ada banyak serial anak-anak, seperti Zukkoke Sannin Gumi. Saya juga membacanya tetapi berhenti di tengah jalan, lanjut baca lagi, tapi berhenti lagi. Saya juga sempat membaca cerita anak yang sering dibaca oleh para penulis ketika mereka kecil, atau novel-novel petualangan, tetapi kemudian saya justru merasa frustrasi.
Sebentar, jawaban saya malah melenceng dari topik ‘jalan pembacaan’....

Pertanyaan 5
Tanya:
Pada akhirnya Anda berhasil memenangi Penghargaan Sastra Akutagawa. Adakah hal-hal  di luar membaca yang Anda sukai atau seriusi?
Jawab:
Ketika SD saya sering bermain gim RPG. Menjelang ujian masuk SMP, saya fokus belajar dan dilarang bermain gim selama masa ujian. Saat SMP saya anggota klub voli jadi sering bermain voli. Kemudian saya juga belajar memainkan piano, meskipun tidak piawai tetapi saya cukup sering memainkannya. Waktu SMP saya juga suka musik J-Pop, saya sering pergi ke tempat karaoke untuk menaikkan peringkat lagunya di tangga lagu Oricon. Saya rasa saya seperti anak SMP pada umumnya.

Pertanyaan 6
Tanya:
Tadi Anda sampaikan bahwa Anda pernah terbersit pikiran untuk menulis sesuatu. Apakah Anda juga pernah membayangkan sebuah cerita atau mencoba menuliskannya?
Jawab:
Sewaktu SMP saya dan teman saya saling bertukar catatan. Awalnya saya menulis tulisan yang ceritanya meniru-niru manga. Saat itu karena masih kanak-kanak, saya merasa karya saya sangat orisinil, tetapi kalau sekarang diingat-ingat lagi, saya hanya mengalihmediakan manga menjadi prosa saja. Saya seolah-olah sedikit mencampuradukkan isi manga ala Shonen Jump dengan manga romantis ... ya, cukup memalukan. Saya juga menambahkan gambar sendiri karena saya suka manga. Betul, saya jadi malu sendiri (tertawa).

Pertanyaan 7
Tanya:
Apakah ada kemungkinan catatan itu sekarang masih tersimpan di tempat teman Anda?
Jawab:
Sejujurnya, catatan-catatan itu ada di rumah saya. Parah, ‘kan? Saya melihatnya ketika pindah rumah beberapa tahun lalu. Tulisan bagian teman saya juga masih ada, tapi kalau dibandingkan, punya saya sangat kekanak-kanakan, jauh dari kedewasaan. Makanya tidak ada yang boleh melihatnya. Mungkin lebih baik saya bakar saja, mumpung masih ingat.

Pertanyaan 8
Tanya:
Saya jadi makin ingin melihatnya (tertawa). Apakah setelah itu Anda semakin berkeinginan menjadi penulis?
Jawab:
Ketika SMA, sudah timbul perasaan bahwa kalau memang bisa, saya ingin jadi penulis. Oh, iya. Semenjak saya SD di kelas atas, mulai ramai drama televisi, saya cukup senang menontonnya. Saya ingat suatu ketika sehabis mandi atau lainnya, saya sampai berkata kepada ibu bahwa saya ingin menjadi aktor. Kalau dipikir-pikir lagi sekarang, itu sangat mustahil. Pede sekali. Setelah itu saya ingin menjadi orang yang ikut membuat drama khususnya menjadi penulis naskah, tapi saya tidak tahu bagaimana cara menjadi penulis naskah. Sempat galau juga, apa yang harus saya lakukan.
Oh ya, sewaktu SD saya pernah membaca buku berjudul semacam Menjadi Penulis Naskah di taman baca. Waktu itu juga saya ingin membuat skenario sendiri dari drama yang saya rekam jadi saya memutar rekamannya dengan kecepatan pelan sekali, ternyata itu semua tidak berhasil (tertawa). Lalu kira-kira ketika SMA saya sadar bahwa mustahil saya menjadi penulis naskah, dan akhirnya bertekad menjadi novelis.

Pertanyaan 9
Tanya:
Mengenai drama populer yang tadi Anda ceritakan, adakah drama yang spesifik?
Jawab:
Drama yang paling awal saya ingat berjudul Houkago yang dimainkan oleh Mizuki Alisa dan Ishida Issei. Ceritanya, kedua tokoh itu saling bertukar tubuh. Sepertinya ini juga pengaruh ibu dan abang yang sering menontonnya di rumah. Waktu itu nenek juga tinggal bersama kami, ia menyukai drama seperti Kayou Suspense Gekijou dan Wataru Seken wa Oni Bakari, dan saya ingat tiba-tiba teve di rumah jadi menayangkan drama bergenre seperti itu (suspense dan thriller, pen.).

**


Diterjemahkan dari artikel ini.
Photo by Dina Nasyrova from Pexels 


0 comments:

Post a Comment