Saturday, May 2, 2020

Jalan Pembacaan Para Penulis - Machida Ryohei (Volume 1)

Bagaimana kebiasaan para penulis ketika di toko buku? Bagaimana mereka mengidentifikasikan diri mereka sebagai pembaca? Pertanyaan-pertanyaan itu kami ajukan langsung kepada penulis.

Topik 1: Paradoks Sastra yang Misterius




Pertanyaan 1
Apa kenangan tertua Anda tentang membaca?
Jawab:
Sejak kecil saya bukan orang yang sering membaca buku, tetapi saya ingat ibu sering mengajak saya pergi ke taman baca di ruang publik di dekat rumah, kami meminjam paket pertunjukan cerita bergambar, lalu ibu membacakannya untuk saya.

Pertanyaan 2
Apakah ibu Anda bermain peran dengan pertunjukan cerita bergambar itu?
Jawab:
Betul. Ibu membawakan peran dari semua halaman cerita bergambar yang ada di dalam paket. Seingat saya yang paling sering dibacakan adalah kisah-kisah dongeng seperti Momotaro.

Pertanyaan 3
Menurut Anda, ketika kecil dulu Anda termasuk anak yang bandel ataukah anak rumahan?
Jawab:
Pada dasarnya saya lebih sering di dalam rumah, dan saya sepertinya sama sekali tidak bandel (tertawa). Saya di rumah menonton teve, atau bermain semacam crossword puzzle karena keluarga saya sering memainkannya. Meskipun saya bilang saya lebih senang di rumah, tetapi karena keluarga saya tinggal di apartemen, saya juga cukup sering bermain dengan teman-teman yang tinggal di apartemen yang sama. Saya tidak begitu cepat akrab dengan orang baru, tapi di apartemen itu banyak teman-teman yang seusia, jadi saya sangat terbantu atas hal tersebut (tertawa).

Pertanyaan 4
Anda lahir di Tokyo, ‘kan?
Jawab:
Sejak lahir hingga usia 2 atau 3 tahun saya dibesarkan di daerah di dekat Hanayashiki di Asakusa, Tokyo. Tetapi ingatan pertama saya adalah pada hari ketika kami pindah ke Saitama, jadi saya lebih menganggap Saitama sebagai tempat saya dibesarkan. Saya cuma menumpang lahir di Tokyo (tertawa).

Pertanyaan 5
Betul juga (tertawa). Apa yang Anda ingat dari buku-buku yang Anda baca ketika SD?
Jawab:
Yang paling membekas di ingatan ketika saya SD adalah esai karya Sakura Momoko. Selain itu, entah kenapa saya gemar mencari dan membaca karya-karya nonfiksi tentang anak-anak yang meninggal karena sakit atau tewas karena kecelakaan.

Pertanyaan 6
Bagaimana cara Anda mencarinya?
Jawab:
Saat SD, saya sering sekali berada di taman baca, lalu di sana saya menemukan buku berjudul semacam “Catatan si A yang Berjuang Melawan Leukimia” dan tertegun ketika membacanya. Ceritanya menurut saya cukup kelam.

Pertanyaan 7
Anda memiliki ketertarikan dengan tema kematian, semacam itu?
Jawab:
Kalau saya pikir-pikir sekarang, ya, saya rasa ada. Sewaktu SD atau SMP, saya menantang diri dengan membaca Robou no Ishi1 atau karya Natsumi Soseki atau Dazai Osamu, kemudian merasa tidak sanggup. Itu sekitar SD, SMP. Saya frustasi karena tidak bisa memahami buku-buku berjudul bagus yang saya kagumi seperti Ichiaku no Suna2. Itu sebabnya ketika SMP atau SMA saya kagum kalau melihat orang-orang yang mendapat pengaruh dari Dazai Osamu atau mereka yang berkisah bahwa hidupnya berubah setelah membaca karya Mishima Yukio atau Terayama Shuji. Saya juga ingin mendapat pencerahan seperti itu. Jadi kalau saya bilang, sejak kecil saya punya semacam paradoks yang misterius terkait karya sastra.


Pertanyaan 8
Apakah Anda memiliki saudara kandung? Barangkali dari sanalah Anda mendapat pengaruh tentang budaya.
Jawab:
Saya punya abang yang usianya enam tahun lebih tua. Usia kami terpaut jauh, jadi tidak bisa dibilang akrab, justru saya hanya merasa ‘saya punya abang’ begitu saja. Tetapi abang punya banyak manga, ia banyak menceritakan cerita-cerita ketika saya beranjak remaja, dan itu cukup mempengaruhi saya. Yang paling awal adalah cerita dari Sakura Momoko atau dari majalah mingguan Shonen Jump. Saat itu Shonen Jump sangat populer sehingga kami pergi membeli dan membacanya tiap pekan, lebih tepatnya saya disuruh membeli tapi kalau saya yang membacanya terlebih dulu pasti dimarahi (tertawa). Yang saya suka adalah Yū Yū Hakusho3, Dragon Ball, dan Slam Dunk. Sampai sekarang saya masih suka Togashi Yoshihiro, penulis Yū Yū Hakusho. Ketika abang saya semakin besar, ia membaca manga yang baru saja muncul saat itu yaitu manga bertema percintaan untuk pembaca laki-laki, dan saya ikut membacanya ketika SD.

Pertanyaan 9
Manga percintaan untuk laki-laki? Seperti Boys Be4?
Jawab:
Betul sekali. Waktu kecil saya berpikir enak sekali kalau menjadi Boys Be. Selain itu ada juga manga yang mirip Boys Be, misalnya Angel Beat5 karya Yasuhara Ichiru, saya sangat suka karena tokoh anak-anak laki-laki dan perempuan digambar lucu dan penuh semangat. Sekarang ini Yasuhara Ichiro menggambar manga komedi romantis berdialek Hakata dengan judul Barisuki, saya juga membacanya karena senang.

Pertanyaan 10
Apakah Anda dulu suka prosa atau resensi?
Jawab:
Lumayan suka. Sejak kecil saya relatif suka memperhatikan raut wajah orang-orang, jadi saya mengerti apa yang sebaiknya saya tulis untuk menyenangkan orang lain. Itulah makanya saya bisa menulis dengan cukup lancar. Saya dulu termasuk anak yang agak licik (tertawa). Ketika tes masuk SMP, saya gagal di semua sekolah pilihan, tetapi bahasa Jepang saya baik. Saya diajari cara mengerjakan soal-soal ujian masuk SMP, termasuk bahasa Jepang, di tempat kursus.
**

Keterangan:
1. Robou no Ishi/Batu di Tepi Jalan adalah novel karya Yamamoto Yūzō yang paling terkenal. Dimuat sebagai serial di koran Asahi Shimbun pada tahun 1937. Kisahnya mengambil latar waktu pada periode Meiji dan menceritakan tentang kehidupan Aikawa Goichi, seorang anak kelas 6 SD berotak pandai tetapi tidak mampu melanjutkan sekolah karena ayahnya yang merupakan shizoku (kelas menengah pada periode Meiji) tidak memiliki pekerjaan.
2. Ichiaku no Suna/Segenggam Pasir adalah kumpulan puisi karya Ishikawa Takuboku, diterbitkan pertama kali pada tahun 1910.
3. Yū Yū Hakusho dimuat pada majalah Shonen Jump pada tahun 1990 sampai 1994, bercerita tentang Urameshi Yūsuke sebagai tokoh utama yang meninggal dalam sebuah kecelakaan lalu lintas karena menyelamatkan seorang anak, ia kemudian harus melalui berbagai peristiwa untuk dapat hidup kembali.
4. Boys Be dimuat pertama kali di majalah Shonen Jump pada tahun 1991. Manga ini mengisahkan kehidupan percintaan sekumpulan remaja laki-laki SMP dan SMA dengan gadis-gadis teman sekelas atau teman masa kecil mereka.
5. Angel Beat dimuat di majalah Shonen Jump pada tahun 1989 sampai tahun 1996. Bercerita tentang sebuah program radio berjudul Angel Beat dengan penyiarnya, Chitose Maria, yang mengisahkan beragam cerita cinta siswa SMA dengan tokoh yang berbeda-beda. 


**
Diterjemahkan dari artikel ini.
Photo by Dina Nasyrova from Pexels 

0 comments:

Post a Comment