Bagaimana kebiasaan para penulis ketika di toko buku?
Bagaimana mereka mengidentifikasikan diri mereka sebagai pembaca?
Pertanyaan-pertanyaan itu kami ajukan langsung kepada penulis.
Topik 1: Paradoks Sastra yang Misterius
Pertanyaan 1
Apa kenangan
tertua Anda tentang membaca?
Jawab:
Sejak kecil
saya bukan orang yang sering membaca buku, tetapi saya ingat ibu sering
mengajak saya pergi ke taman baca di ruang publik di dekat rumah, kami meminjam
paket pertunjukan cerita bergambar, lalu ibu membacakannya untuk saya.
Pertanyaan 2
Apakah ibu
Anda bermain peran dengan pertunjukan cerita bergambar itu?
Jawab:
Betul. Ibu membawakan
peran dari semua halaman cerita bergambar yang ada di dalam paket. Seingat saya
yang paling sering dibacakan adalah kisah-kisah dongeng seperti Momotaro.
Pertanyaan 3
Menurut
Anda, ketika kecil dulu Anda termasuk anak yang bandel ataukah anak rumahan?
Jawab:
Pada dasarnya
saya lebih sering di dalam rumah, dan saya sepertinya sama sekali tidak bandel
(tertawa). Saya di rumah menonton teve, atau bermain semacam crossword
puzzle karena keluarga saya sering memainkannya. Meskipun saya bilang saya
lebih senang di rumah, tetapi karena keluarga saya tinggal di apartemen, saya
juga cukup sering bermain dengan teman-teman yang tinggal di apartemen yang
sama. Saya tidak begitu cepat akrab dengan orang baru, tapi di apartemen itu
banyak teman-teman yang seusia, jadi saya sangat terbantu atas hal tersebut
(tertawa).
Pertanyaan 4
Anda lahir
di Tokyo, ‘kan?
Jawab:
Sejak lahir
hingga usia 2 atau 3 tahun saya dibesarkan di daerah di dekat Hanayashiki di
Asakusa, Tokyo. Tetapi ingatan pertama saya adalah pada hari ketika kami pindah
ke Saitama, jadi saya lebih menganggap Saitama sebagai tempat saya dibesarkan.
Saya cuma menumpang lahir di Tokyo (tertawa).
Pertanyaan 5
Betul juga
(tertawa). Apa yang Anda ingat dari buku-buku yang Anda baca ketika SD?
Jawab:
Yang paling
membekas di ingatan ketika saya SD adalah esai karya Sakura Momoko. Selain itu,
entah kenapa saya gemar mencari dan membaca karya-karya nonfiksi tentang anak-anak
yang meninggal karena sakit atau tewas karena kecelakaan.
Pertanyaan 6
Bagaimana
cara Anda mencarinya?
Jawab:
Saat SD,
saya sering sekali berada di taman baca, lalu di sana saya menemukan buku
berjudul semacam “Catatan si A yang Berjuang Melawan Leukimia” dan tertegun
ketika membacanya. Ceritanya menurut saya cukup kelam.
Pertanyaan 7
Anda
memiliki ketertarikan dengan tema kematian, semacam itu?
Jawab:
Kalau saya pikir-pikir
sekarang, ya, saya rasa ada. Sewaktu SD atau SMP, saya menantang diri dengan
membaca Robou no Ishi1 atau karya Natsumi Soseki atau Dazai
Osamu, kemudian merasa tidak sanggup. Itu sekitar SD, SMP. Saya frustasi karena
tidak bisa memahami buku-buku berjudul bagus yang saya kagumi seperti Ichiaku
no Suna2. Itu sebabnya ketika SMP atau SMA saya kagum kalau
melihat orang-orang yang mendapat pengaruh dari Dazai Osamu atau mereka yang
berkisah bahwa hidupnya berubah setelah membaca karya Mishima Yukio atau
Terayama Shuji. Saya juga ingin mendapat pencerahan seperti itu. Jadi kalau
saya bilang, sejak kecil saya punya semacam paradoks yang misterius terkait
karya sastra.
Pertanyaan 8
Apakah Anda
memiliki saudara kandung? Barangkali dari sanalah Anda mendapat pengaruh tentang
budaya.
Jawab:
Saya punya abang
yang usianya enam tahun lebih tua. Usia kami terpaut jauh, jadi tidak bisa
dibilang akrab, justru saya hanya merasa ‘saya punya abang’ begitu saja. Tetapi
abang punya banyak manga, ia banyak menceritakan cerita-cerita ketika
saya beranjak remaja, dan itu cukup mempengaruhi saya. Yang paling awal adalah
cerita dari Sakura Momoko atau dari majalah mingguan Shonen Jump. Saat itu
Shonen Jump sangat populer sehingga kami pergi membeli dan membacanya tiap
pekan, lebih tepatnya saya disuruh membeli tapi kalau saya yang membacanya
terlebih dulu pasti dimarahi (tertawa). Yang saya suka adalah Yū Yū Hakusho3,
Dragon Ball, dan Slam Dunk. Sampai sekarang saya masih suka
Togashi Yoshihiro, penulis Yū Yū Hakusho. Ketika abang saya semakin
besar, ia membaca manga yang baru saja muncul saat itu yaitu manga
bertema percintaan untuk pembaca laki-laki, dan saya ikut membacanya ketika SD.
Pertanyaan 9
Manga
percintaan untuk laki-laki? Seperti Boys Be4?
Jawab:
Betul
sekali. Waktu kecil saya berpikir enak sekali kalau menjadi Boys Be.
Selain itu ada juga manga yang mirip Boys Be, misalnya Angel
Beat5 karya Yasuhara Ichiru, saya sangat suka karena tokoh
anak-anak laki-laki dan perempuan digambar lucu dan penuh semangat. Sekarang
ini Yasuhara Ichiro menggambar manga komedi romantis berdialek Hakata
dengan judul Barisuki, saya juga membacanya karena senang.
Pertanyaan
10
Apakah Anda
dulu suka prosa atau resensi?
Jawab:
Lumayan
suka. Sejak kecil saya relatif suka memperhatikan raut wajah orang-orang, jadi
saya mengerti apa yang sebaiknya saya tulis untuk menyenangkan orang lain. Itulah
makanya saya bisa menulis dengan cukup lancar. Saya dulu termasuk anak yang agak
licik (tertawa). Ketika tes masuk SMP, saya gagal di semua sekolah pilihan,
tetapi bahasa Jepang saya baik. Saya diajari cara mengerjakan soal-soal ujian masuk
SMP, termasuk bahasa Jepang, di tempat kursus.
**
Keterangan:
1. Robou no Ishi/Batu di Tepi Jalan adalah novel
karya Yamamoto Yūzō yang paling terkenal. Dimuat sebagai serial di koran Asahi
Shimbun pada tahun 1937. Kisahnya mengambil latar waktu pada periode Meiji dan
menceritakan tentang kehidupan Aikawa Goichi, seorang anak kelas 6 SD berotak
pandai tetapi tidak mampu melanjutkan sekolah karena ayahnya yang merupakan
shizoku (kelas menengah pada periode Meiji) tidak memiliki pekerjaan.
2. Ichiaku no Suna/Segenggam Pasir adalah kumpulan
puisi karya Ishikawa Takuboku, diterbitkan pertama kali pada tahun 1910.
3. Yū Yū Hakusho dimuat pada majalah Shonen Jump pada
tahun 1990 sampai 1994, bercerita tentang Urameshi Yūsuke sebagai tokoh utama
yang meninggal dalam sebuah kecelakaan lalu lintas karena menyelamatkan seorang
anak, ia kemudian harus melalui berbagai peristiwa untuk dapat hidup kembali.
4. Boys Be dimuat pertama kali di majalah Shonen Jump
pada tahun 1991. Manga ini mengisahkan kehidupan percintaan sekumpulan
remaja laki-laki SMP dan SMA dengan gadis-gadis teman sekelas atau teman masa
kecil mereka.
5. Angel Beat dimuat di majalah Shonen Jump pada tahun
1989 sampai tahun 1996. Bercerita tentang sebuah program radio berjudul Angel
Beat dengan penyiarnya, Chitose Maria, yang mengisahkan beragam cerita cinta siswa
SMA dengan tokoh yang berbeda-beda.
**
Diterjemahkan dari artikel ini.
Photo by Dina Nasyrova from Pexels
0 comments:
Post a Comment