Saturday, June 6, 2020

Jalan Pembacaan Para Penulis - Machida Ryohei (Volume 5)


Bagaimana kebiasaan para penulis ketika di toko buku? Bagaimana mereka mengidentifikasikan diri mereka sebagai pembaca? Pertanyaan-pertanyaan itu kami ajukan langsung kepada penulis.

Topik 5: Dunia Lain di Dalam Novel
(topik 4 dapat dibaca di sini)





Buku apa yang Anda baca saat itu?
Saya membaca karya-karya ternama, tetapi yang paling spektakuler menurut saya adalah To The Lighthouse karya Virginia Woolf. Sangat mengesankan. Saya cukup terlambat membacanya, yaitu ketika baru diterjemahkan oleh Konosu Yukiko. Mengesankan karena tokoh dan latar dikisahkan, bisa dibilang, secara ekuivalen atau sejajar. Latar tempat, waktu, dan batin tokoh-tokohnya saling bertentangan berulang kali, dunia-sekarang dan dunia-yang-seharusnya berjalan sejajar seakan-akan berjejalan di dalam novel.
Saya belajar banyak tentang keluarbiasaan dan keagungan suatu latar yang muncul di dalam cerita. Keberadaan novel ini sangat besar artinya bagi saya karena dari sana saya mengetahui pentingnya menciptakan dunia lain di dalam novel.

Padahal tadi Anda menyampaikan bahwa dulu Anda payah ketika berhadapan dengan latar yang tidak Anda ketahui.
Begitulah, saya justru terselamatkan oleh hal itu. Selain itu, karya yang juga sangat saya sukai adalah The Magic Mountain karangan Thomas Mann. Saya juga membaca karya penulis-penulis Amerika Latin. Saya sudah membaca karya Rulfo sebelumnya. Pada dasarnya semuanya menarik, tapi yang saya suka adalah karya Rulfo.
Saya juga suka karya Vladimir Sorokin. Saya membaca semua karyanya, tapi yang paling saya suka adalah Blue Salo.

Hehehe. Buku yang menimbukan berbagai kontroversi, ya.
Banyak, ‘kan, para penulis yang cara berpikirnya liar? (tertawa). Konten yang diusung Vladimir Sorokin kadang remeh, kadang menimbulkan penasaran, tapi di sisi lain ada titik yang membuat kita berpikir bahwa hal tersebut ternyata sangat berkelas dan matang; ketidakteraturan seperti itulah yang sangat saya sukai. Ada bagian-bagian yang membuat saya berpikir saya bisa membaca karya-karya Sorokin. Ada juga penulis lain yang saya sukai, yaitu W.G. Sebald, karyanya misalnya Austerlitz dan The Emigrants. Penulis favorit Sebald adalah Robert Walser, tetapi saya tidak membaca karya Walser satu pun.

Karena percuma?
Ya. Karya-karyanya diterbitkan oleh Penerbit Choeisha, saya membacanya beberapa. Semuanya sangat menakjubkan, tetapi saya ingin membacanya ketika nantinya sudah lebih tenang.
Kemudian ketika saya berusia sekitar 30-an, terbitlah buku yang ditulis oleh para pianis, dan saya tertarik membacanya.

Apakah sedemikian banyak buku yang ditulis oleh para pianis?
Cukup banyak. Bahkan di luar negeri banyak buku yang ditulis selama separuh masa hidup si penulis. Yang paling melekat di ingatan saya adalah pianis Perancis bernama Helene-Rose-Paule Grimaud, ia menerbitkan autobiografinya yang berjudul Wild Harmonies. Helene Grimaud adalah pianis yang luar biasa, ia juga meneliti tentang ekologi serigala dan memeliharanya. Pertemuannya dengan serigala saja sudah merupakan sesuatu yang eksentrik. Kebanyakan pianis memang unik, dan masing-masing dari mereka punya kisah-kisah yang sama mencengangkannya, jadi buku-buku mereka sama menariknya. Cara berpikir dan kebiasaan mereka sangat-sangat unik. Saya kagum dan respek pada mereka. Saya pikir perasaan saya terhadap novel sama dengan perasaan para pianis tersebut ketika berlatih piano. Itu yang membuat saya akhirnya rajin membaca buku bertema musik.

Apakah itu berlaku baik untuk pianis dalam maupun luar negeri?
Ya. Buku Nakamura Hiroko menarik, lalu buku Aoyagi Izumiko juga menakjubkan. Sepertinya buku Aoyagi yang membuat saya tertarik pada buku-buku karya pianis.
Baru-baru ini Penerbit Hakusuisha menerbitkan terjemahan dari buku Maestros and Their Music: The Art and Alchemy of Conducting, saya tengah membacanya dan saya rasa bukunya menarik. Ketika membaca karya-karya luar biasa dari para pianis, ada beberapa bagian yang saya pahami, tetapi lebih banyak yang tidak. Nah, buku-buku karya konduktor ini lebih tidak bisa lagi saya pahami. Tapi rasanya menyenangkan melihat suatu seni diwariskan oleh para maestro itu. Seolah-olah ada jurus rahasia yang disampaikan dari satu anak didik ke anak didik lain. Menurut buku tersebut, mereka menuliskan banyak hal di buku partitur mereka, lalu mengajarkannya pada anak didiknya, jadi itu semacam catatan rahasia. Penulis buku tersebut adalah John Mauceri, seorang maestro populer, dan menurut saya perlu keberanian untuk menulis hal-hal seperti itu.

Jadi terkadang Anda menulis berdasarkan apa yang Anda rasa dan pikir, ya. Novel pertama Anda, Ao Ga Yabureru, dan novel Anda yang menyabet Penghargaan Akutagawa, 1R1-pun 34-byou, keduanya berkisah seputar petinju.
Akhir-akhir ini saya sering mendapat komentar bahwa saya sangat ‘berkarakter fisik’, tapi saya justru ingin bertanya balik, apa definisi ‘berkarakter fisik’ itu? (tertawa). Ketika menulis 1R1-pun 34-byou, memang benar bahwa saya menuliskan dengan detail gerakan-gerakan fisik tapi saya rasa saya menulisnya dengan biasa saja, tidak ada sebersit pikiran untuk menulis secara mendalam.

Sempat muncul rumor yang ramai dibahas bahwa Anda memang benar-benar berlatih tinju.
Ketika SMA saya sempat ikut karate, sekitar umur 24 saya ikut muaythai, setelah itu saya justru relatif lama berolahraga tinju. Kemudian ketika saya memulai debut jadi penulis, saya mulai merasa aktivitas fisik tersebut terlalu berat jadi saya berhenti. Kalau sekarang, saya sedikit berlatih dance.

Apakah ada kemungkinan hal tersebut akan terkait dengan novel lagi?
Saya rasa ada. Omong-omong tentang buku, saya juga kadang membaca buku-buku karya penari butou. Benar-benar hanya segelintir saja yang pernah saya baca, yang terkenal di antaranya adalah Hijikata Tatsumi, Kasai Akira, dan Ohno Kazuo. Dalam buku karya Mikai Kayo yang berjudul Zohokaitei Utsuwa Toshite no Karada: Hijikata Tatsumi, Ankoku Butou Gihou e no Approach, ada pembahasan mengenai pemikiran-pemikiran Hijikata tentang butou itu sendiri yang sangat memotivasi. Menurut pemahaman saya pribadi, yang membuatnya menarik adalah adanya diksi-diksi yang mirip dengan di buku yang ditulis oleh para pianis, tetapi kita tidak tahu di mana diksi itu akan terucap.

**

Diterjemahkan dari artikel ini.

0 comments:

Post a Comment